Pelatih Queen Park Rangers, Mark Hughes (kanan) bersama Philip Beard, CEO QPR menunjukkan kaos tim Persebaya bertuliskan namanya seusai jumpa perss di Hotel Bumi, Surabaya, (7/22). Queens Park Rangers akan mengakhiri tur pramusimnya di Asia dengan melawan kesebelasan Persebaya pada 23-7 di Gelora Bung Tomo, Surabaya. TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO, Surabaya--Peristiwa memalukan terjadi di Gelora Bung Tomo Surabaya, Jawa Timur, Senin 23 Juli 2012 malam. Lampu yang menerangi stadion padam saat pertandingan Persebaya Surabaya 1927 menjamu klub liga Inggris Queens Park Rangers (QPR) memasuki menit 39.
Bonekmania yang memenuhi stadion tampak sangat kecewa. Beramai-ramai mereka menyalakan korek api, sehingga seluruh tribun stadion seperti dipenuhi kerlip bintang-bintang. Kembang api menyala di tribun atas.
Serunya lagi, seperti ingin mempermalukan panitia pelaksana pertandingan, puluhan ribu bonekmania meneriakkan yel-yel sahuur-sahuur. Pertandingan sempat dihentikan sekitar 10 menit hingga lampu berhasil menyala kembali. Padahal sebelumnya, pertandingan berjalan sangat menarik.
Jual beli serangan terjadi. Secara mengejutkan, Persebaya dengan satu dua sentuhan berhasil unggul lebih dulu. Kecerobohan kiper QPR, Robert Green, yang tak lengket menangkap bola berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Fernando Soler. Persebaya unggul 1-0 di menit ke-17.
Sayang keunggulan itu tak bertahan lama. Senter bek, Otavio Dutra menjetuhkan Fabio Da Silva di kotak terlarang berbuah penalti untuk Persebaya. Striker asal Maroko, Adel Taarabt menyamakan kedudukan melalui titik penalti di menit ke-26.
