Ratusan bonek meramaikan pertandingan persahabatan antara klub Liga Inggris Quuens Park rangers melawan Persebaya Surabaya di Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Senin (23/7). Pertandingan ini mengakhiri tur Asia, klub Liga Inggris Queens Park Rangers. Pertandingan ini dimenangkan QPR 2-1. TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan pendukung Persebaya Surabaya atau yang dikenal dengan sebutan bonek turun ke jalan, Senin, 15 April 2013. Mereka memprotes hasil Kongres Luar Biasa PSSI yang tak mengakui keberadaan tim yang bermain di Liga Prima Indonesia tersebut. Dalam unifikasi liga yang dibahas dalam kongres itu, PSSI hanya mengakui Persebaya yang bermain di Divisi Utama Liga Super Indonesia dan bukan Persebaya yang bermain di LPI.
Sejak kisruh PSSI, Persebaya ikut terpecah menjadi dua, yaitu Persebaya LPI yang kemudian bernama Persebaya 1927 dan Persebaya yang bermain di Divisi Utama LSI. Para bonek lebih mendukung Persebaya 1927 yang dibuktikan dengan kehadiran mereka di stadion saat tim Persebaya 1927 beraksi. Ribuan bonek itu menuntut Persebaya ISL tidak diizinkan bermain di Surabaya.
Para bonek berjalan dari Taman Apsari menuju Balai Kota Surabaya. Mereka hendak menemui Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Akibat aksi para bonek ini, jalan protokol Surabaya macet. Sesampai di Balai Kota, mereka langsung ditemui Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Koordinator bonek Andie Peci mengatakan aksi ini murni dari suporter yang mendukung keberadaan Persebaya LPI. Selama ini, yang tercatat secara hukum di FIFA adalah PT Persebaya Indonesia dan bukan PT Mitra Muda Berlian yang menaungi Persebaya Divisi Utama.
Andie menuntut pembubaran Persebaya DU dan meminta Pemerintah Kota Surabaya untuk memberikan dukungan moral. Caranya dengan tidak mengeluarkan izin pertandingan di Surabaya untuk Persebaya DU. "Kami minta agar Persebaya DU tidak diizinkan main di Surabaya," kata Andie.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini membantah izin tersebut merupakan kewenangannya. Ia pun meminta perwakilan bonek untuk menuliskan surat yang ditujukan kepada PSSI pusat, dengan ditandatangani Wali Kota Surabaya. "Saya enggak pernah keluarkan izin. Sudah, sekarang tulis saja yang diinginkan, nanti kami yang kirim ke pusat," kata Risma.