TEMPO.CO, Madrid - David Villa tersenyum lebar setelah menjalani uji kesehatan di Atletico Madrid, kemarin. Memakai kaus oblong merah dengan logo Atletico Madrid di dada kiri, Villa mengacungkan kedua jempolnya.

"Senang sekali bisa memulai periode baru. Atletico adalah tim pemenang. Mereka telah meraih banyak titel dalam beberapa tahun belakangan," kata Villa. "Saya tak sabar untuk mencicipi pengalaman baru bersama mereka."

Villa memang telah resmi berganti kostum. Barcelona menjualnya dengan harga murah, hanya 5,1 juta euro (sekitar Rp 65 miliar). Itu pun boleh dicicil. Harga tersebut jauh menurun ketimbang yang dibayarkan Barca saat mendatangkan pemain ini dari Valencia pada 2010, yakni 40 juta euro (Rp 511 miliar).

Untuk tahap awal, Atletico hanya perlu membayar 2,1 juta euro. Musim depan, jika mereka tetap mempertahankan Villa, Atletico harus membayar lagi 2,1 juta euro. Begitu juga pada musim berikutnya, Atletico harus membayar 1 juta euro lagi jika ingin memperpanjang kontrak Villa hingga 2016.
<!--more-->
Harga murah plus skema pembayaran yang mudah membuat Presiden Atletico Madrid, Enrique Cerezo, sumringah. "Banyak klub bersedia membayar mahal untuknya, tapi kami hanya perlu mengeluarkan sedikit uang," kata dia.

Kesepakatan ini membuat keki Tottenham Hotspur. Klub asal Inggris itu telah lama mengincar Villa. Mereka pun siap membayar tinggi. Namun, lama dibidik, Villa justru memilih Atletico Madrid, dengan banderol yang rendah pula.

Barcelona agaknya memang tak punya pilihan selain melepas pemain yang telah menyumbangkan 48 gol selama tiga musim itu. Kehadiran Neymar dan performa Villa yang tak kunjung pulih setelah cedera panjang membuatnya tergeser dari skuad utama.

Namun Villa tak menyalahkan Barca. Ia justru lega Barcelona mau melepasnya. Sebab, sebagai pemain, ia hanya berhasrat tampil dalam tim utama, satu hal yang sulit ia dapatkan jika tetap bertahan di Barcelona. "Mereka melepas saya karena tahu saya ingin bermain di sini," katanya.
<!--more-->
Di Atletico nanti, Villa digaji lebih kecil. Saat masih memperkuat Barcelona, ia dibayar 6 juta euro per musim. Di Atletico nanti, gajinya hanya 4,5 juta euro semusim. Toh, Villa tak mengeluh.

Hasrat sang pemain untuk tetap bermain melebihi keinginannya mendapat gaji besar. Karena itu, ia rela bermain di klub yang lebih kecil, dengan gaji yang lebih mini. Ia yakin atas pilihannya berlabuh di Atletico karena pelatih klub itu, Diego Simeone, langsung memberi kepercayaan penuh kepadanya. "Saya sudah bicara dengan Simeone dan salah satu kunci keputusan saya pindah ke sini adalah kepercayaan dari dia," katanya.

Sikap memilih kesempatan bermain ketimbang uang juga ditunjukkan penyerang Bayern Muenchen, Mario Gomez, yang memutuskan hijrah ke Fiorentina. Keputusan itu aneh karena Muenchen saat ini merupakan klub terkuat di Eropa. Klub itu baru saja meraih tiga gelar pada musim lalu. "Perasaan saya campur aduk," kata dia.

Gomez mengaku terpaksa meninggalkan Bayern karena peluangnya menembus skuad utama Bayern pada musim depan sangat tipis akibat kehadiran Pep Guardiola. Pep, yang mengusung tiki-taka, lebih sreg dengan pemain yang lincah, bukan model target man ala Gomez.
<!--more-->
Sebenarnya, sejak kedatangan bomber Kroasia, Mario Mandzukic, Gomez lebih sering diparkir di bangku cadangan. Posisinya semakin sulit setelah Bayern berencana mendatangkan Robert Lewandowski dari Borussia Dortmund. Karena itu, begitu ada peluang, Gomez langsung memutuskan hijrah.

"Saya mencintai sepak bola dan selalu ingin bermain. Itu sebabnya, saya memutuskan pergi dari tim terhebat di dunia," katanya. "Lagi pula, Fiorentina memiliki pemain-pemain yang hebat."

MARCA | FOOTBALL ITALIA | DWI RIYANTO AGUSTIAR