TEMPO.CO, Manchester - Louis van Gaal datang ke Old Trafford dengan mantra hebat: formasi 3-5-2. Kesuksesan pada Piala Dunia lalu di Brasil adalah buktinya. Namun, dipakai untuk klub Manchester United, Van Gaal harus siap dengan segala risikonya.
Sebab, anak-anak United selama ini terbiasa memakai 4-3-3. Tiga bek tengah yang semua berkualitas sebagai poros halang dan dua bek sayap yang dituntut sangat agresif tak gampang ditemukan dalam waktu dekat.
Enam pemain yang diincarnya sejauh ini hanya wara-wiri di depan mata, tapi belum ada juga langkah konkretnya. Mereka adalah Marcos Rojo (Sporting Lisbon), Mehdi Benatia (AS Roma), Daley Blind (Ajax), Arturo Vidal (Juventus), Nigel De Jong (AC Milan), dan Angel Di Maria (Real Madrid).
Apakah Van Gaal harus realistis, misalnya lebih mengutamakan efektivitas, yaitu yang penting menang dengan formasi yang konvensional sebagaimana diusung oleh Sir Alex Ferguson?
Sebelum menjawab itu, Van Gaal dan direksi di United mesti berpikir keras sebelum tenggat transfer musim panas ini berakhir pada 1 September mendatang. ”Keputusan penting bisa terjadi 24 jam sebelum batas itu tiba,” ujar pelatih dari Belanda ini.
Pada 14 September mendatang, ketika United menjamu Queens Park Rangers, sebagian suporter mereka yang menentang keluarga Glazer, yang menguasai saham klub ini, sudah bersiap melancarkan demo besar-besaran jika pasukan Van Gaal kalah lagi di kandang.
Waktu seperti terus mendesak Louis van Gaal. Ia dipaksa berpikir cepat tapi tepat dalam bekerja sebagai manajer tim Manchester United. Ia juga mesti siap menerima risiko yang bisa datang mendadak, misalnya dipecat.
