Jejak Sepak Bola Gajah dalam Sepak Bola Indonesia
Editor
Dwi Riyanto A.
Rabu, 29 Oktober 2014 18:17 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Permainan sepak bola gajah yang diperagakan para pemain PSS Sleman dan PSIS Semarang menunjukkan sepak bola kita belum sepenuhnya menjunjung fair play.
Bermain di lapangan militer Akademi Angkatan Udara Adisutjipto, Yogyakarta, Ahad lalu, para pemain PSS Sleman dan PSIS Semarang justru berebut mencetak gol bunuh diri. (Baca: Sepak Bola Gajah, PSS Sleman Bantah Gol Bunuh Diri)
Dua tim Divisi Uama Liga Super Indonesia ini total mencetak lima gol bunuh diri. PSS Sleman membuat tiga gol, sementara PSIS Semarang dua. Semua gol dicetak secara "harakiri".
Alih-alih mencari kemenangan, kedua tim justru berlomba-lomba untuk kalah. Ini dilakukan agar mereka terhindar dari pertemuan dengan Borneo FC di babak semifinal.
Hasilnya? PSS Sleman dan PSIS Semarang didiskualifikasi. Komisi Disiplin PSSI menganggap mereka mencederai semangat sportivitas. Mereka terbukti melakukan sepak bola gajah. (Baca: Klub Pelaku Sepak Bola Gajah Didiskualifikasi)
Selanjutnya: Apa itu sepak bola gajah?
<!--more-->
Istilah "sepak bola gajah" lahir di Gelora 10 November, Surabaya, pada 1985. Saat itu, Persebaya menjamu Persipura Jayapura dalam laga perempat final Divisi Utama.
Pertandingan saat itu berahir dengan skor 0-12 untuk kemenangan Persipura. Bukan karena Persebaya bermain sangat buruk, tapi karena mereka memang sengaja mengalah.
Tujuannya adalah menjegal PSIS Semarang agar gagal lolos ke babak semifinal kompetisi Perserikatan. Untuk itu, Persipura harus menang dengan selisih gol minimal empat.
Persebaya pun mengizinkan gawangnya dibobol hingga 12 kali. Cara memalukan ini dilakukan Persebaya untuk membalas sakit hati mereka terhadap PSIS Semarang.
Setahun sebelumnya, PSIS Semarang mengandaskan impian Persebaya lolos ke partai final setelah dianggap mengalah kepada PSM Makassar. Dendam inilah yang dibalas Persebaya.
Dari pertandingan ini kemudian muncul istilah "sepak bola gajah". Sebab, wasit yang memimpin laga Persebaya versus Persipura berasal dari Lampung, tempat gajah biasa bermain sepak bola.
Selanjutnya: Sepak Bola Gajah Juga Terjadi di Timnas
<!--more-->
Sepak bola gajah tak hanya terjadi di level klub, tapi juga di tim nasional. Ini terjadi saat tim nasional Indonesia menghadapi Thailand dalam laga terakhir babak penyisihan grup Piala Tiger--sekarang Piala AFF--di Vietnam, 31 Agustus 1998.
Indonesia dan Thailand saat itu berada di Grup A. Indonesia berada di puncak grup dan Thailand menduduki peringkat kedua. Kedua tim sudah sama-sama memastikan diri lolos ke babak selanjutnya.
Namun baik Indonesia maupun Thailand tak ingin lolos sebagai juara grup. Sebab, itu akan membuat mereka menghadapi tuan rumah, Vietnam, yang menjadi runner-up di Grup B.
Vietnam saat itu cukup ditakuti. Tak hanya karena kualitas para pemainnya, tapi juga lantaran para pendukung Vietnam begitu fanatik. Dibanding melawan Vietnam, Thailand dan Indonesia merasa lebih baik menghadapi Singapura, yang menjadi juara Grup B.
Sesuai dengan aturan, juara Grup A akan berhadapan dengan runner-up Grup B dan runner-up Grup A akan menghadapi juara Grup B. Nah, Indonesia mengincar posisi runner-up di Grup A, sehingga bisa terhindar dari Vietnam.
Untuk itu, mereka pun memainkan sepak bola gajah saat menghadapi Thailand. Pertandingan yang berlangsung di Stadion Thong Nat, Ho Chi Minh City, saat itu berjalan lambat. Saat skor sudah 2-2, Thailand enggan mencetak gol lagi.
Maklum, mereka hanya membutuhkan hasil imbang untuk lolos dari babak grup sekaligus terhindar dari Vietnam di putaran final. Namun mereka kecele. Sebab, pemain Indonesia, Mursyid Effendy, melakukan gol bunuh diri.
Walhasil, skor menjadi 3-2 untuk kemenangan Thailand. Dengan begitu, Indonesia lolos sebagai runner-up dan terhindar dari pertemuan dengan Vietnam.
Namun baik Indonesia maupun Thailand sama-sama tersingkir di perempat final. Tak hanya itu, AFC pun menjatuhkan denda sebesar US$ 40 ribu kepada Indonesia.
BERBAGAI SUMBER | DWI AGUSTIAR
Berita Lain
Drogba Gol Lagi, Chelsea Kalahkan Shrewsburry
Balotelli Antar Liverpool Singkirkan Swansea
Persebaya Kritis, Rahmad Darmawan Tetap Optimistis