TEMPO.CO, Jakarta - Alexis Sanchez adalah sosok pemain yang dibutuhkan manajer Jose Mourinho buat menjalani masa kepemimpinannya yang ketiga kali di Manchester United pada Liga Inggris musim depan.

Sebelum menangani Manchester United, Mourinho tidak pernah gagal menjuarai liga domestik pada musim keduanya di berbagai klub.

Tapi, di United, peluang pelatih asal Portugal tersebut untuk memenangi Liga Inggris pada musim keduanya di Old Trafford tampaknya tipis. Jadi, Sanchez yang masuk pada pertengahan musim 2017-2018, disiapkan Mourinho buat membidik gelar liga 2018-19.

Sosok Sanchez yang dikenal sebagai petarung gigih di lini tengah dan depan -meski dinilai suka egois sehingga mengacaukan kekompakkan- dipandang Mourinho penting buat menjalani musim ketiga di Old Trafford yang genting.

Dalam 18 tahun kariernya sebagai manajer, Mourinho sebelumnya menjalani musim ketiganya di sebuah klub hanya tiga kali. Dua kali di Chelsea dan sekali di Real Madrid. Pada masing-masing kesempatan ketiga tersebut, Mourinho gagal membawa tim-timnya mempertahankan gelar.

“Skuad kami tidak dibangun untuk punya pemain-pemain baru pada Januari. Tapi, jika di klasemen ada peluang emas, anda akan bertarung untuk kesempatan fantastis itu,” kata Mourinho pada pekan kedua Januari 2018 ini.

Sanchez diperlukan Mourinho untuk membuat lini depan Manchester United lebih tajam, ngotot, dan tidak berlama-lama dengan bola di mulut gawang lawan. Penampilan Sanchez dinilai kebalikan dari Henrikh Mkhitaryan yang dilepas ke Arsenal sebagai bagian dari perjanjian negosiasi penyerang asal Cile itu.

Mourinho diprediksi akan memberikan keistimewaan kepada Sanchez, yaitu bermain lebih bebas di lini depan agar bisa mengalahkan lawan secepat mungkin.

Ego Sanchez, yang sebelumnya sering meresahkan di antara pemain Arsenal dan diakui manajer Arsene Wenger, diperkirakan akan diakomodir Mourinho. Misalnya, dengan menempatkan Sanchez sebagai ujung tombak formasi tim.

Karakter Sanchez dinilai sama dengan Mourinho, yaitu harus selalu menjadi pemenang bagaimanapun caranya.

Miguel Delaney, yang menulis di Independent, menggambarkan sosok Sanchez, menjelang pertandingan final Piala Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) musim lalu.

Delaney melukiskan Sanchez sebagai pemain yang tidak pernah tampak senang selain ketika berada dalam suasana seperti sedang berada di taman dengan anjing kesayangan dan pacarnya, tanpa kerepotan apapun.

Sanchez tidak akan bermain dengan kondisi rapuh, seperti Zlatan Ibrahimovic sekarang di United pada usia 36 tahun. Ia juga tidak akan bermain dengan penuh kecerdikan dan ketenangan seperti Juan Mata yang seumuran dengannya, 29 tahun.

Sanchez tidak seperti itu. Penyerang Cile itu adalah serupa anjing galak yang egois dan kejam di lini depan. Ia sering bermain dalam garis vertikal tanpa kompromi. Mental petarung dan fisiknya sebagai pelari jalanan akan menjadi aset terbesarnya.

Sanchez mengikuti jejak penyerang Arsenal sebelumnya, Robin van Persie, yang pindah ke Manchester United. Di Arenal, Van Persie hanya mampu memenangi Piala FA 2005. Di Old Trafford, pemain asal Belanda itu membawa Manchester United juara Liga Inggris 2013.

Di Arsenal, Sanchez juga baru membawa tim asuhan Arsene Wenger ini merebut Piala FA 2015 dan 2017. Ia terakhir membawa klub juara liga adalah saat membela Barcelona pada Liga Spanyol 2013.

Artinya, Alexis Sanchez sudah lama tidak membawa timnya juara. Keegoisannya di lini depan tidak selalu membawa hasil memuaskan buat timnya. Entah di Manchester United dalam Liga Inggris kali ini bersama Jose Mourinho yang akrab dipanggil Mou.

DAILY MAIL | INDEPENDENT | HARI PRASETYO