Tekan Biaya Penerbangan, Persiraja Banda Aceh Rela Transit di KL
Reporter
Iil Askar Monza (Kontributor)
Editor
Hari Prasetyo
Selasa, 20 Agustus 2019 10:22 WIB
TEMPO.CO – Mahalnya harga tiket maskapai penerbangan membuat Presiden Persiraja Banda Aceh, Nazaruddin, harus memutar otak untuk membuat kondisi keuangan klub tetap stabil dalam menjalankan kompetisi Liga 2 Indonesia. Salah satu cara yang dilakukan dengan berangkat melalui Kuala Lumpur, Malaysia, kala menjalani laga tandang.
Pilihan terbang melalui ibukota Malaysia diklaim dapat menghemat pengeluaran tim hingga 50 persen.
“Contohnya kemarin ke Palembang. Kalau transit ke Jakarta, kita keluarkan duit 3 hingga 3,2 juta rupiah per pemain. Tapi kalau transit di KL, total harga tiket Rp 1,1 juta per pemain. Tambah penginapan dan makan disana, total Rp 1,5 juta. Itu baru satu kali jalan, bisa kita hitung saja berapa hematnya,” ungkap Nazaruddin saat ditemui Tempo di Persiraja Store pada Ahad malam, 18 Agustus 2019.
Nazaruddin mengatakan setiap menjalani laga tandang, jumlah personel pelatih, pemain dan ofisial yang berangkat antara 28 dan 30 orang. Sejauh ini, Persiraja telah menjalani tur laga tandang melawan Persibat Batang, PSPS Riau, Babel United, dan PSCS CIlacap.
Meski waktu penerbangan ditempuh lebih panjang karena harus menginap satu malam di Kuala Lumpur, Nazaruddin terpaksa harus melakukannya. Musababnya, tiket pesawat saat menjalani laga tandang menjadi salah satu aspek yang paling banyak menguras keuangan klub. Berdasarkan perhitungan manajemen, minimal Rp 2,4 miliar dibutuhkan untuk menjalani laga tandang selama satu musim.
Jumlah tersebut masih mungkin bertambah jika Persiraja lolos ke babak 8 besar pada akhir musim nanti.
“Musim ini walau kita sudah menghemat begitu, tetap Persiraja paling besar pengeluarannya untuk tiket laga tandangnya. Bahkan, masih lebih tinggi biayanya dibandingkan musim lalu. Belum lagi kalau nanti lolos 8 besar, sesuatu yang memang kita harapkan,” pria yang akrab disapa Dek Gam ini menambahkan.
Selain melakukan transit saat menjalani laga tandang, Nazaruddin juga telah mencari lain untuk coba menghemat biaya penerbangan. Mereka mencoba mengadakan kerja sama dengan maskapai penerbangan demi mendapat potongan harga. Namun usaha manajemen tidak membuahkan hasil karena permohonan kerja samanya ditolak.
Nazaruddin mengakui jika PSSI melalui PT Liga Indonesia Baru memberikan subsidi kepada setiap klub Liga 2. Tapi, dengan kondisi terkini, dana subsidi sebesar Rp 1,25 miliar dianggap kurang dan tidak adil karena disamaratakan dengan klub lain. Padahal di luar biaya kontrak dan gaji pemain yang menjadi kebijakan masing-masing klub, biaya teknis lain layaknya tiket pesawat yang ditanggung manajemen Persiraja lebih besar.
Ihwal itu, Nazaruddin berharap jika PSSI dapat memberi subsidi tambahan kepada klub-klub yang mengalami kondisi seperti Persiraja.
“Mungkin kita salah satu yang paling tinggi biayanya, selain Biak (PSBS). Kalau terbang dari dalam negeri, kita harus pakai maskapai hijau yang lebih mahal. Kalau pakai yang logo singa, sama saja mahal karena harus bayar bagasi lagi. Makanya, PSSI harus bisa memberi pengecualian subsidi kepada Persiraja karena posisi geografis kami yang jauh dengan tim-tim lain,” harap Nazaruddin.
IIL ASKAR MONDZA