Menjelang El Clasico, Zinedine Zidane Harus Belajar dari 5 Kesalahan Ini
Reporter
Terjemahan
Editor
Febriyan
Jumat, 23 Oktober 2020 13:48 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pertaruhan posisi Zinedine Zidane sebagai pelatih Real Madrid disebut akan dimulai dari laga El Clasico di kandang Barcelona pada akhir pekan ini. Zidane dianggap bisa dipecat jika Real Madrid kembali menelan kekalahan.
Pada dua laga sebelumnya, Real Madrid dibungkam oleh tim lemah Cadiz di Liga Spanyol dan Shakhtar Donetsk di Liga Champions. Kekalahan dari Shakhtar dianggap paling memukul karena Real Madrid sempat tertinggal 0-3 sebelum akhirnya mencetak dua gol balasan.
Media Spanyol Marca pun menyoroti setidaknya ada lima kesalahan yang dilakukan Zinedine Zidane pada laga kontra Shakhtar Donetsk. Berikut 5 kesalahan itu:
1. Eksperimen Gagal Zidane
Absennya sejumlah pemain kunci plus padatnya jadwal Real Madrid hingga awal bulan membuat Zidane melakukan rotasi terhadap pemainnya.
Masalahnya Zidane saat ini tak lagi memiliki kedalam skuad seperti sebelumnya setelah Real Madrid melepas James Rodriguez ke Everton, Gareth Bale dan Sergio Reguillon ke Tottenham Hotspur serta Achraf Hakimi ke Inter Milan.
Alhasil, Zidane disebut melakukan rotasi dengan bereksperimen terhadap sejumlah pemain yang dia sendiri ragukan kemampuannya seperti Luka Jovic, Marcelo serta Eder Militao. Ketiganya dianggap sebagai pemain yang paling buruk penampilannya dalam laga kontra Shakhtar Donetsk.
Untuk menghadapi El Clasico, Zidane dipastikan tak boleh lagi melakukan eksperimen. Dia dipastikan harus menurunkan seluruh pemain terbaik yang dia punya. Pasalnya, kubu lawan saja hingga saat ini tak banyak melakukan rotasi pemain dan dipastikan akan menurunkan seluruh pemain terbaiknya.
<!--more-->
2. Lemahnya Lini Serang.
Keputusan Zinedine Zidane memainkan Luka Jovic pada laga kontra Shakhtar Donetsk dianggap mengejutkan. Pasalnya pada bursa transfer lalu dia sempat menyatakan membuka pintu lebar untuk Jovic hengkang.
Yang paling fatal adalah karena Zidane disebut tak mengerti apa kemampuan terbaik penyerang asal Serbia tersebut. Jovic bukan lah pemain yang jelek, tetapi pola permainan Zidane yang diterapkan Zidane tak cocok dengan gaya permainannya.
Jovic, menurut Marca, memiliki karakter yang sangat berbeda dari Karim Benzema. Dia bukanlah tipe penyerang yang bisa membawa bola sendirian kemudian menciptakan peluang dan mencetak gol seperti Benzema.
Eks pemain Eintracht Frankfrut itu adalah adalah contoh seorang penyerang klasik yang membutuhkan umpan-umpan matang di depan gawang.
Akan tetapi Zidane gagal mengeluarkan kemampuan terbaik Jovic dalam laga kontra Shakhtar Donetsk. Marco Asensio, Rodrygo serta Luka Modric tampak tak memahami bola seperti apa yang diinginkan Jovic.
Zidane harus memastikan bahwa para pemainnya memiliki kesepahaman satu sama lainnya pada laga El Clasico. Kekompakan tim terbukti menjadi salah satu kunci Real Madrid ketika harus berhadapan dengan musuh bebuyutannya itu.
Pada laga musim lalu, faktor kekompakan tersebut yang dinilai membuat Real Madrid meraih kemenangan 2-0.
3. Pertahanan yang lemah tanpa Sergio Ramos
Masa Sergio Ramos di Real Madrid diperkirakan tak lama lagi dengan usia si pemain yang sudah 34 tahun. Namun kekalahan dari Shakar Donetsk semakin memperjelas bahwa pertahanan Los Blancos ini bahkan tidak dapat berfungsi tanpa kehadiran si kapten.
Real Madrid mungkin telah memiliki Raphael Varane yang dianggap sebagai salah satu bek muda paling cemerlang di Eropa saat ini, akan tetapi Varane membutuhkan tandem yang bisa membuat dia tenang.
Eder Militao jelas bukan sosok itu. Bek asal Brasil itu dianggap sebagai pemain terburuk pada laga kontra Shakhtar Donetsk dan bertanggung jawab pada dua dari tiga gol lawan.
Menghadapi Barcelona, hal ini jelas harus menjadi perhatian serius dari Zidane. Pasalnya kubu lawan justru tengah menikmati Indahnya menjebol gawang lawan. Kemenangan 5-1 pada laga Ferencvaros merupakan buktinya.
<!--more-->
4. Kesalahan Taktik
Banyak orang menganggap bahwa Zidane adalah pelatih bergelar master soal taktik, tetapi kekalahan dari Cadiz dan Shakhtar Donetsk mengatakan sebaliknya.
Zidane berkeras bahwa timnya harus selalu memberikan tekanan pada pemain lawan yang menguasai bola sejak lapangan permainan lawan. Tak ada yang salah dengan taktik itu, tetapi ada syarat penting yang dilupakan Zidane, yaitu: seluruh skuadnya harus seimbang dan memiliki kekompakan.
Taktik itu adalah sistem yang menolerir adanya kesalahan individu melawan tim yang memiliki kecepatan dalam serangan balik. Garis pertahanan yang tinggi dapat dengan mudah ditembus melalui umpan-umpan udara seperti yang terjadi pada Cadiz dan Shakhtar.
Kedua tim juga memiliki pemain cepat seperti Marlon dan Tete yang akhirnya membuat Zidane harus menyaksikan taktiknya berantakan di lapangan.
Barcelona juga memiliki semua persyaratan untuk melukai Real Madrid seperti itu. Ansu Fati, Lionel Messi dan Antoine Griezmann, semuanya memiliki kecepatan untuk membangun serangan balik mematikan. Plus pengumpan akurat seperti Frenkie de Jong, Sergio Busquet dan Philippe Coutinho, Barcelona akan dapat dengan mudah meniru gol Cadiz dan Shakhtar.
5. Ketidakpercayaan terhadap Vinicius Jr
Dengan absenya Eden Hazard dalam jangka waktu yang masih panjang, Zidane dinilai harus memberikan kepercayaan lebih kepada Vinicius Junior. Penyerang asal Brasil itu dianggap sudah cukup matang setelah tiga tahun bersama Real Madrid.
Golnya ke gawang Shakhtar membuktikan bahwa dia siap menjadi pemain yang bisa menentukan jalannya pertandingan. Masuk pada babak kedua, Vinicius hanya butuh 15 detik untuk mencetak gol. Lini serang Real Madrid juga dinilai lebih hidup dengan pemuda berusia 20 tahun itu.
Satu gol yang dia ciptakan pada laga El Clasico musim lalu juga dianggap sebagai bukti bahwa Vinicius Jr siap menjalani laga-laga besar bersama Real Madrid.
Laga El Clasico antara Barcelona vs Real Madrid akan berlangsung pada Sabtu malam 24 Oktober 2020. Laga ini akan disiarkan secara langsung oleh beIN Sports.