Profil Klub Manchester City, Finalis Liga Champions 2020-21
Reporter
Terjemahan
Editor
Nurdin Saleh
Sabtu, 29 Mei 2021 14:39 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu finalis Liga Champions 2020-21, Manchester City, merupakan salah satu klub terkemuka Eropa. Nama besarnya ditopang gelontoran uang dari pemilik asal Timur Tengah.
Man City telah telah berevolusi menjadi salah satu klub yang ditakuti di Eropa dalam beberapa musim ini. Selain lolos ke final Liga Champions musim --untuk pertama kalinya-- mereka juga baru menjuarai Liga Inggris untuk ketujuh kalinya.
Klub itu juga memiliki sejarah unik. The Citizens masih menjadi satu-satunya juara Inggris yang pernah didegradasi setelah berhasil juara pada musim sebelumnya.
Kini, klub itu menempati posisi terkemuka di dunia. Dalam daftar tim sepak bola dunia, Manchester City memiliki pendapatan tertinggi kelima pada musim 2018-19, dengan 568,4 juta euro. Pada 2019, Forbes menempatkan klub milik City Football Group ini yang paling berharga kelima di dunia dengan nilai US$ 2,69 miliar.
Sejarah Awal Manchester City
Klub ini dibentuk pada tahun 1880, dengan nama St. Mark's, atas inisiatif Arthur Connell (rektor Gereja St Mark) dan putrinya, Anna Connell. Mereka awalnya bernama Gorton FC dan Ardwick AFC lalu berubah menjadi Manchester City pada 1894.
Perubahan mereka bertepatan dengan beberapa masalah keuangan yang akhirnya menyebabkan beberapa perubahan di dalam klub. Perubahan nama membuat Manchester City menjadi klub yang populer di kota Manchester, dengan basis penggemar yang antusias mengikuti mereka kemanapun mereka pergi. Klub promosi ke kompetisi Divisi 1 pada 1899.
Tak lama setelah meraih trofi pertamanya (PIala FA) pada 1904, Man City harus dihadapkan dengan masalah yang cukup serius. Tujuh belas pemain mereka diskors karena tuduhan pelanggaran keuangan. Pemain bintang mereka, Billy Meredith, kemudian pindah ke klub rival sekota mereka, Manchester United.
Setelah masalah keuangan itu butuh 30 tahun bagi Man City untuk kembali ke kejayaan mereka. Pada 1934, mereka memenangi Piala FA kedua.
Sepanjang jalan menuju gelar itu, Man City rekor jumlah penonton terbanyak dalam satu pertandingan, yang bertahan hingga hari ini. Sebanyak 84.569 pendukung tuan rumah berkumpul di Maine Road untuk pertandingan putaran keenam melawan Stoke City.
Tiga tahun kemudian, pada 1936-37, City membawa pulang trofi Divisi Satu dengan penuh gaya, dengan mencetak lebih dari 100 gol selama musim ini. Namun demikian, mereka terdegradasi pada musim berikutnya, yang merupakan pertama kalinya tim juara bertahan turun kasta.
Selanjutnya: Penurunan Performa
<!--more-->
Penurunan dan Kebangkitan Itu
Setelah menorehkan rekor sebagai juara yang terdegradasi Manchester City harus lama berkubang dalam kemuraman. Memerlukan waktu yang sangat panjang untuk mereka agar bisa bangkit lagi.
Dengan hanya satu gelar Piala FA dalam tiga dekade berikutnya dan jumlah penonton yang perlahan-lahan menyusut, Man City mulai merasa mereka harus menyiapkan perubahan.
Perubahan pertama ketika Joe Mercer ditunjuk sebagai manajer pada tahun 1965, klub kembali secara perlahan kembali memasuki masa puncak. Selama enam tahun bertugas, City memenangkan gelar Divisi Pertama, Piala Inggris, dan Piala Winners.
Manchester City kembalinya bermain di kasta tertinggi liga Inggris pada musim 1998-99. Setelah pertandingan playoff yang dramatis melawan Gillingham, City berhasil promosi. Hanya setahun di divisi 1, mereka langsung naik lagi ke Premier League, tapi kemudian terdegradasi lagi.
Musim berikutnya, 2001-02, mereka kembali promosi ke Premier League dengan menjuarai Divisi 1. Setelah itu mereka mampu terus bertahan di kasta tertinggi itu.
Pada 2003, Stadion Maine Road yang lama mereka tempati, akhirnya ditinggalkan. City of Manchester Stadium dibangun dengan kapasitas yang jauh lebih besar, dan masih mereka tempati hingga saat ini, dengan nama Stadion Etihad.
Selanjutnya: Era Baru
<!--more-->
Era Baru
Setelah City diambil alih oleh miliarder Abu Dhabi, Sheikh Mansour, pada tahun 2008. Itu menjadi dan menandai era baru dan awal dari kejayaan. Kini, berkat gelontoran dana dari Timur Tengah, Man City menjelma menjadi salah satu klub terkaya di dunia. Mereka selalu mulai sibuk di pasar transfer, memperoleh banyak pemain besar dengan rekor-rekor transfer yang mereka pecahkan.
Lima tahun setelah Mansour mengambil alih klub menghabiskan lebih dari 500 juta pound (Rp 10 triliun) untuk membeli pemain. Pengaruh Abu Dhabi juga ditunjukkan dengan keputusan pergantian nama stadion tuan rumah menjadi Stadion Etihad pada 2011.
Belanja besar-besaran yang dilakukan, membuat Manchester City mampu merebut gelar juara. Mereka merebut gelar Premier League, gelar Piala FA, dan Piala Liga.
Pada musim 2017-8, Man City menjadi tim pertama di Liga Premier yang mengumpulkan 100 poin dalam satu musim. City juga membuat rekor baru dalam kemenangan liga berturut-turut (18).
Saat ini City semakin dekat dengan puncak kejayaan mereka, pada musim 2020/2021 ini mereka berhasil memenangkan gelar Premier League. Tim asuhan Pep Guardiola itu juga berpeluang merebut gelar Liga Champions pertamanya dalam final pertama mereka, bila bisa mengalahkan Chelsea.
Prestasi Manchester City:
Divisi 1/Premier League: 7 gelar (1936-37, 1967-68, 2011-12, 2013-14, 2017-18, 2018-19, 2020-21).
Piala FA: 6 (1903-04, 1933-34, 1955-56, 1968-69, 2010-11, 2018-19).
Piala Liga (EFL Cup): 8 (1969-70, 1975-76, 2013-14, 2015-16, 2017-18, 2018-19, 2019-20, 2020-21).
Community Shield: 6 ( 1937, 1968, 1972, 2012, 2018, 2019).
Piala Winners UEFA: 1 (1969-70).
FOOTBALLHISTORY | WHOSCORED | ANGGIE RIZKI GOVALDI
Baca Juga: Prediksi Manchester City vs Chelsea: 5 Duel Penentu Hasil