5 Fakta Unik dan Menarik Bos Chelsea Graham Potter Sepanjang Kariernya sebagai Pemain dan Pelatih
Reporter
magang_merdeka
Editor
Rina Widiastuti
Jumat, 30 September 2022 15:42 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Graham Potter menjadi sorotan belakangan ini setelah dia memutuskan untuk meninggalkan Brighton & Hove Albion untuk menerima tawaran menangani Chelsea pada 8 September lalu.
Mantan bek kiri Inggris itu menapaki karier sebagai manajer klub setelah pensiun sebagai pesepak bola selama 13 tahun. Dia tercatat tampil dalam 307 pertandingan di Liga Inggris.
Swedia Ostersund menjadi klub pertama yang dia tangani ketika memulai kariernya sebagai pelatih pada Desember 2010. Klub berikutnya adalah Swansea pada 2018-2019 sebelum pindah ke Brighton.
Pelatih berusia 47 tahun itu kini terikat kontrak lima tahun dengan Chelsea, menggantikan Thomas Tuchel yang dipecat hanya selang sehari setelah penandatanganan kontraknya.
Potter melewati banyak momen bersama rekan setimnya saat masih menjadi pemain dan juga pemain yang diasuhnya ketika menjadi pelatih.
Berikut beberapa fakta unik dan menarik dari sosok pelatih Inggris tersebut sepanjang perjalanan kariernya yang diungkap oleh orang-orang yang dekat dengannya.
1. Tiba-tiba Menghilang Tanpa Kabar Sekitar Sebulan
Potter tercatat pernah membela beberapa klub Liga Inggris, yakni Birmingham, Stoke, Southampton, dan West Brom. Total dia mencatat lebih dari 350 penampilan.
Saat bermain untuk Macclesfield, klub terakhir yang dia bela, dia mengalami kejadian ganjil.
“Saat itu dia sedang menikmati secangkir the hijau di sofa,” kata Jon Parkin, mantan rekan setimnya di Macclesfield.
“Dan ketika dia berjalan untuk duduk di sofa, anjingnya datang dan melewatinya sambil menjatuhkan teh ke bagian depan kakinya,” kata Parkin menambahkan. “Setelah kejadian itu dia tidak ke lapangan tiga atau empat minggu!”
2. Mengajak Pemain Swedia Ostersunds Nonton Pertunjukkan Teater dan Balet
Saat menangani Swedia Ostersunds, Potter berhasil membawa klub kecil itu ke posisi puncak. Di bawah kepemimpinannya, Ostersunds pernah mengalahkan Arsenal di leg pertama babak sistem gugur di Liga Europa.
Di luar catatan apik di lapangan, ada hal menarik yang dilakukan Potter saat melatih klub itu, yakni mengajak para pemain ke tempat yang belum pernah didatangi.
“Hal pertama yang kami lakukan adalah teater,’ kata Lasse Lindin, sekretaris klub Ostersunds.
“Kemudian kami menulis buku bersama, mengadakan pameran seni. Itu merupakan hal yang sangat menarik di mana beberapa pemain tidak tahu harus berpikir apa! Kemudian kami juga membuat musik, dari uang hasil kami bermain musik digunakan untuk membantu pengungsi,” kata Lindin menambahkan.
Salah satu pemain Ostersunds, Tom Pettersson, mengaku tidak senang ketika harus berlatih (berlatih musik) selama tiga jam. Tetapi, Potter memberikan pengalaman baru untuk tim.
“Tidak menyenangkan ketika harus berlatih selama tiga jam (berlatih musik), tetapi itu membantu kami meskipun dia (Potter) payah dalam rap,” kata Pettersson.
Selain itu, dia juga melontarkan candaan ketika Potter bisa menampilkan teater di depan 1.000 orang, Pettersson akan bermain sesuai keinginannya di lapangan.
“Jika dia (Potter) merasa bisa melakukan itu di depan 1.000 orang atau lebih, maka saya bisa melakukan apa pun yang saya inginkan di lapangan,” ujarnya.
Potter bisa sibuk dengan dirinya sendiri, seperti menyanyikan lagu kebangsaan dalam dialek lokal atau tampil di balet Swan Lake milik klub.
3. Bergelar Master di Luar Kariernya sebagai Pesepak Bola
Potter pensiun sebagai pesepak bola pada 2005. Pada tahun yang sama diia berhasil menyelesaikan kuliah jurusan ilmu sosial di Universitas Terbuka. Gelar itu merupakan permulaan perjalanannya di dunia pendidikan.
Setelah itu, dia menjadi pelatih di Leeds Met dan bertindak sebagai manajer pengembangan sepak bola di Universitas Hull. Saat menjadi pelatih Ostersunds, ia merekrut empat pemain dari universitas itu untuk bergabung ke skuad asuhannya.
Selama di Leeds, Potter memanfaatkan kesempatannya sebaik mungkin sebagai staff untuk mengikuti kursus dan menyelesaikan gelar Master di bidang kepemimpinan dan kecerdasan emosional.
“Itu adalah kualifikasi kepemimpinan yang cukup menarik perhatian saya,” kata Potter.
“Saya telah menyelesaikan kualifikasi saya sebagai pelatih. Manajemen sepak bola pada dasarnya adalah dapat membangun lingkungan serta membantu Anda membentuk perilaku dan cara orang bertindak. Kedengarannya cukup masuk akal, tetapi sering kali bukan melalui praktik umum, dan itulah keindahannya," tuturnya.
Berikutnya, Potter disebut sebagai pelatih modern dan pernah menangani tim sepak bola wanita.
<!--more-->
4. Mengembangkan Taktik Inovatif dari York City
Potter telah dipuji sebagai pelatih taktis yang luar biasa dengan sistem dan gaya permainan yang inovatif. Tapi tidak banyak diketahu bahwa dia mendapat beberapa ide kunci saat bermain untuk Divisi Ketiga, York City pada awal 2000-an.
"Di York, kami akan mulai dengan tiga bek, tetapi tergantung pada bagaimana permainan berjalan, kami akan dapat beradaptasi dengan empat bek," kata manajer klub saat itu, Terry Dolan.
Dolan juga menambahkan bahwa setiap kali klub ingin mengubah sesuatu yang ada di dalam tim, Potter akan selalu tahu apa yang klub minta dan apa yang harus dilakukannya.
“Saya pikir dia melakukan itu hampir sepanjang waktunya di Brighton – saya yakin dia mungkin akan melakukannya juga di Chelsea.”
“Melihatnya melatih Brighton, saya bisa melihat dengan tepat apa yang dia coba lakukan selama bertahun-tahun. Dia bukan hanya pemain di lapangan, dia melakukan banyak pekerjaan di luar lapangan untuk berkembang.”
Dale Stephens juga mengatakan masa transisi untuk gaya permainan dalam Brighton merupakan sesuatu yang menarik.
“Pada saat itu saya berusia 30 tahun dan tidak pernah bermain seperti bagaimana dia (Potter) bermain dan saya menikmati transisi itu. Dia manajer yang sangat modern,” ujar Dale Stephens.
5. Menangani Klub Sepak Bola Wanita
Perjalanan karier Potter benar-benar bervariasi. Dalam kariernya sebagai pelatih, dia pernah menangani tim sepak bola wanita Ghana untuk tampil di Piala Dunia Cina 2007.
Sebagai seorang direktur teknis, Potter membawa praktik pelatihan metodisnya ke tim saat mereka berhadapan dengan Kanada, Australia dan Norwegia di babak penyisihan grup.
Meskipun dia gagal menginspirasi tim untuk membuat kejutan besar, tetapi apa yang dilakukannya memberikan pengaruh dalam waktu lama terhadap para pemain yang dia latih.
Mantan pemain sepak bola Ghana, Mavis Danso, yang mengikuti sesi pelatihannya ketika itu mengungkapkan: “Saat itu tidak ada yang tahu siapa dia, tapi kami tahu pola pikir mereka terhadap sepak bola terlihat berbeda, itu adalah cara permainan yang harus didekati."
Asosiasi Sepak Bola Ghana menginginkan penasihat dari orang-orang berpengalaman untuk membantu tim sepak bola mempersiapkan diri dengan baik dan dengan beberapa saran teknis.
“Dia benar-benar menarik, tentang bagaimana dia ingin pemain bertahan bermain dan dia mendorong bek luar untuk terlibat dalam permainan ofensif."
Selain itu, Asosiasi sepak bola Ghana menyebut Potter adalah seseorang yang telah bekerja keras dalam pembentukan tim mereka.
Kini Graham Potter akan menghadapi petualangan baru dengan Chelsea. Pertandingan ke markas Crystal Palace pada Sabtu, 1 Oktober, akan menjadi laga pertamanya bersama The Blues di Liga Inggris. Sebelumnya, dia menjalani debutnya saat timnya bermain imbang 1-1 melawan RB Salzburg di Stamford Bridge pada laga kedua Liga Champions, pertengahan September lalu.
SKYSPORTS, DESY ALHAMDIANA PUTRI
Baca Juga: Graham Potter Datang, Raheem Sterling Punya Peran Baru di Chelsea