Wawancara Pelatih Timnas U-16 Nova Arianto: Saya Mau Indonesia Bermain seperti Mali di Piala Dunia U-17

Senin, 4 Maret 2024 17:30 WIB

Pelatih Timnas Indonesia U-16, Nova Arianto saat sesi wawancara dengan Tempo di Hotel Sultan, Jakarta, Senin, 19 Februari 2024. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Nova Arianto resmi menjadi pelatih Timnas Indonesia U-16 atau Timnas U-16. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia menunjuknya sebagai pelatih kepala sebagai bagian dari upaya regenerasi kepelatihan.

Nova adalah asisten pelatih Timnas Indonesia dan Timnas U-23 di bawah kepemimpinan Shin Tae-yong. Meskipun masih menjalankan perannya sebagai asisten pelatih di level senior, Nova menyambut tugas baru ini dengan antusiasme tinggi. "Saya mau apa yang menjadi kekurangan di timnas senior menjadi fokus untuk diperbaiki di timnas U-16," kata Nova.

Tempo mewawancarai Nova, mantan pemain Timnas Indonesia kelahiran 4 November 1978, di sela-sela seleksi pemain gelombang pertama di Hotel Sultan pada 19 Februari 2024. Ia bercerita soal penunjukkan sebagai pelatih kepala, kompetisi usia muda, dan cara dia mengelola ekspektasi penggemar Skuad Garuda untuk meraih prestasi. Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana awalnya Anda bisa menjadi pelatih Timnas U-16?

Awal mulanya memang saat kami berada di Qatar (Piala Asia 2023). Saat itu, ada berita coach Bima Sakti akan fokus di Timnas U-20 dan situasi di kepelatihan U-16 kosong. Kebetulan waktu itu kami bertemu di sana. Setelah pak Erick Thohir (Ketua Umum PSSI) melakukan komunikasi dengan coach Shin, saya diberi kesempatan dan kepercayaan untuk membentuk timnas U-16 untuk persiapan piala AFF dan kualifikasi Piala Asia U-17.

Advertising
Advertising

Siapa yang menghubungi Anda?

Waktu itu di sana ada Pak Mardji (Sumardji) dan Pak Endri (Endri Erawan) sebagai anggota Exco PSSI. Waktu itu mereka sampaikan, "Coach siap ya seandainya diberi kepercayaan di U-16." Saya bersyukur dan berterima kasih kepada PSSI karena memberi kesempatan untuk memegang U-16. Saya mau apa yang menjadi kekurangan di timnas senior menjadi fokus untuk diperbaiki di timnas u-16.

Bagaimana reaksi coach Shin Tae-yong?

Saya langsung melakukan koordinasi dengan coach Shin. Setelah coach Shin bilang tidak ada masalah, saya membulatkan tekad untuk mengambil kesempatan di timnas u-16. Dia cukup mendukung karena menilai selama empat tahun in saya sudah banyak belajar dan ini saatnya untuk saya mengaplikasikan ilmu yang saya dapat. Dia berharap saya bisa berprestasi di U-16.

Ada pesan Shin Tae-yong untuk Anda?

Pesannya sama dengan yang selama ini saya lihat di timnas senior. Kekurangan di tim nasional apa? Masalah disiplin dan fisik. Itu menjadi perhatian saya yang akan saya benahi di U-16, terutama masalah fisik menjadi perhatian coach Shin, selain masalah mental yang menjadi kelemahan pemain indonesia. Itu alasan saya yakin di U-16 karena itu yang harus saya bentuk dari junior agar menyiapkan pemain-pemain tersebut agar lebih siap di level U-20 dan seterusnya.

Apa langkah pertama Anda untuk timnas U-16?

Kita ada turnamen Piala AFF U-16 bulan Juni nanti. Saat ini, kita masih mencari pemain karena rata-rata generasi baru. Kalau U-20 bisa dapat data pemain dari pemain U-17, kalau U-23 bisa diambil dari U-20, kalau senior bisa ambilnya dari U-23. Kalau U-16 ini menjadi generasi baru karena di bawahnya kita enggak ada. Kami masih melakukan seleksi pemain dan akan mencari pemain-pemain yang benar bisa bermain sesuai dengan filosofi yang saya buat.

Seberapa sulit mencari pemain untuk Timnas U-16?

Kalau kesulitan enggak ada, tapi itu menjadi tantangan buat saya karena memang semuanya pemain baru. Namun, saya bersyukur di sini ada EPA (Elite Pro Academy, sistem liga kelompok usia di bawah PSSI), Piala Soeratin, Liga Top Skor yang sudah berjalan lumayan baik. Saya juga bersyukur atas dukungan dari teman-teman pelatih di Indoensia memberikan rekomendasi, itu yang menjadi data awal untuk mencari pemain. Kita akan lihat semuanya, siapa yang siap untuk tampil di timnas akan kita ambil.

Apa kriteria yang Anda terapkan untuk memilih pemain tim nasional?

Pertama yang pasti tinggi badan. Kalau saya ingin bermain di level Asia, tinggi badan menjadi hal yang sangat utama dan penting. Kalau kita lawan Australia atau tim-tim Eropa, itu secara tinggi badan akan sangat berpengaruh. Terakhir di Piala Asia, saat kita lawan Australia dengan pemain tinggi, kita sangat kesulitan.

Jadi, tinggi badan menjadi salah satu poin penting di sini, tapi saya masih melihat ada beberapa posisi yang mungkin tidak terlalu difokuskan untuk posturnya. Tapi, kalau untuk pemain belakang, kiper, dan striker saya harapkan punya postur di atas 175cm.

Bagaimana peluang Anda memainkan pemain diaspora?

Selama pemain tersebut punya paspor Indonesia, saya bilang dia punya kewajiban dan hak untuk membela tim nasional. Membela tim nasional saya pikir adalah hak dan kewajiban. Mereka punya hak untuk membela tim nasional dan kewajibannya kalau menurut kita secara kualitas baik, ketika mereka kita panggil, mereka wajib untuk datang di tim nasional.

Saya masih berkomunikasi dengan pelatih-pelatih atau orang-orang yang punya referensi pemain-pemain diaspora kita yang ada di luar negeri untuk bisa tampil di turnamen level U-16. Akan kita lihat apakah sesuai dengan apa yang kita mau. Kemungkinan itu sangat-sangat besar.

Anda memiliki tim untuk memantau pemain diaspora?

Saat ini belum karena penunjukkan itu baru terjadi setelah kami kembali dari Qatar dan itu masih direncanakan.

Sudah ada pemain diaspora yang masuk radar Anda?

Jujur saat ini saya belum punya database sama sekali tentang diaspora karena sekarang fokus masih di seleksi pemain-pemain yang ada di Indonesia. Harapannya dengan berjalannya waktu saya bisa mendapatkan data-data pemain diaspora kelahiran 2008, 2009, sehingga pemain-pemain itu bisa kita lihat.

Pelatih Timnas U-16 Nova Arianto (kiri) memberikan instruksi kepada pemain saat pemusatan latihan di Lapangan B, Kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Senin, 19 Februari 2024. Pemusatan latihan tersebut dipersiapkan untuk mengikuti gelaran Piala AFF U-16 dan kualifikasi Piala Asia U-17. ANTARA/M Risyal Hidayat

<!--more-->

Apakah ada rencana untuk pemusatan latihan di luar negeri?

Kalau untuk persiapan AFF, saya pikir akan fokus di Indonesia. Namun, kalau persiapan menuju kualifikasi Piala Asia, kita akan bicara ke PSSI untuk bisa TC di luar negeri atau membuat turnamen kecil untuk bisa beruji coba dengan negara lain yang kualitasnya harus berada di level kita. Kalau kita bermain dengan level negara-negara yang secara kualitas dan pengalaman bermain levelnya di bawah, level bermain kita juga akan segitu-gitu saja.

Apa target di Piala AFF?

PSSI belum memberi target, tapi saya sebagai pribadi, target saya adalah lolos ke Piala Asia. Kalau AFF itu bagian dari persiapan kami untuk kualifikasi Piala Asia 2025. Bukan berarti saya mengesampingkan AFF, tapi saya lebih fokus agar tim ini bisa lolos Piala Asia.

Setelah melatih Timnas U-16, bagaimana status Anda sebagai asisten pelatih di Timnas U-23?

Saat ini, saya masih berada di staf pelatih coach Shin. Kita masih mempersiapkan tim untuk pertandingan di kualifikasi Piala Dunia melawan Vietnam, Maret nanti, lalu kita juga masuk di Piala Asia U-23 itu masih bersama-sama. Tapi, setelah itu, mungkin saya akan fokus di U-16.

Membentuk timnas U-16 erat kaitannya dengan keberadaan kompetisi usia dini di Indonesia. Apakah kompetisi itu sudah ideal saat ini?

Itu menjadi masalah karena ada beberapa tim yang menyiapkan pemainnya saat turnamen akan berjalan. Menurut saya, itu tidak akan maksimal karena pemain baru diseleksi.

Ada beberapa yang punya akademi sepak bola sangat baik, seperti Persija Jakarta, Persis Solo, PSIS Semarang. Itu akan sangat baik karena pemain akan lebih tertata dalam berlatih, dalam berkompetisi, dan dalam asupan nutrisi makannya juga bisa lebih baik.

Kalau klub-klub yang hanya menyiapkan timnya satu bulan sebelum turnamen tentu tidak akan maksimal dan saya pikir itu akan sangat tidak baik. Itu menjadi kekurangan kita karena rata-rata klub Liga 1 menyiapkan timnya saat kompetisi mau berjalan. Yang benar-benar berjenjang itu belum ada.

Bagaimana perbaikannya?

Seiring berjalannya waktu banyak perubahan yang dilakukan PSSI. Waktu pandemi Covid-19 lebih parah. Ada sentralisasi, kompetisi EPA hanya 1-2 bulan. Disentralisasi kompetisinya di Jakarta dan main dua kali seminggu. Saya pikir itu enggak akan baik.

Saya lihat kompetisi EPA sudah mulai bagus. Mereka main setiap Sabtu atau Minggu. Mereka juga berpindah-pindah kota sama seperti kompetisi tim seniornya. Walaupun secara biaya lebih besar, saya yakin kompetisi yang ideal itu akan baik untuk para pemain mendapatkan jam terbang.

Bagaimana Anda merefleksikan kompetisi usia dini di Indonesia dan beberapa negara di kawasan Asia?

Di Korea, saya melihat sudah ada kompetisi khusus mahasiswa dan itu berjalan baik. Bahkan, di sana ada kompetisi untuk tim cadangan. Jadi, semua mendapatkan kesempatan untuk berkompetisi. Itu akan lebih baik. Dengan kompetisi berjenjang, tertata dengan rapi, dan bisa berjalan kontinu, sepak bola akan lebih baik lagi. Ke depannya, kelompok usia dini ini yang akan menjadi masa depan timnas Indonesia.

Di Jepang, kompetisi sudah berjenjang dari tingkat sekolah. Semua tertata dengan baik dan berjenjang. Itu yang kita belum bisa dan harapannya kita bisa juga melakukannya.

Shin Tae-yong pernah mengakui adanya potensi pemain titipan untuk masuk ke timnas Indonesia. Bagaimana Anda merespons potensi serupa?

Itu menjadi dilema sendiri di timnas U-16. Kalau di tim senior lebih enak karena sudah ada kompetisi. Level U-23 juga kelihatan siapa saja yang sering bermain. Untuk U-16 ini memang waktu untuk seleksi tidak panjang. Saat ini, kita masih pakai sistem rekomendasi. Kalau rekomendasi itu belum tentu pemain itu yang terbaik, bisa saja karena dia dekat dengan pelatih atau yang punya SSB (sekolah sepak bola).

Namun, itu tidak masalah. Kami akan akomodasi semuanya dulu karena akan sulit bagi kami untuk membedakan ini titipan atau murni rekomendasi. Kita tidak bisa melihat mereka di kompetisi. Kita akan mengakomodasi semuanya, lalu kami tim pelatih di sini, akan melihat, siapa saja pemain yang memang mampu bersaing. Kami di sini ada tes fisik dan ada tim psikolog untuk melihat mental pemain, apakah mereka bisa menjadi pemain tim nasional.

Bagaimana komunikasi Anda dengan Bima Sakti, pelatih Timnas U-16 sebelumnya?

Saya bersyukur, coach Bima memberikan dukungan. Setelah penunjukkan kami berkomunikasi. Risikonya menjadi pelatih U-16, rata-rata, kita mencari pemain baru dari nol dan itu rawan pemain titipan. Kami benar-benar buta sama sekali dengan pemain U-16 sehingga semakin banyak potensi pemain titipan yang ikut seleksi. Tapi tidak apa-apa. Coach Bima berpesan agar kami mengakomodasi saja. Kami hargai, tetapi nanti kita saring lewat seleksi. Kalau jelek, ya tidak akan masuk.

Indra Sjafri pernah menggunakan metode blusukan mencari pemain. Anda akan melakukan hal serupa?

Kalau blusukan itu butuh waktu. Itu kenapa saya kejar pemain dari asprov (asosiasi provinsi PSSI). Saya berharap asprov melakukan seleksi lebih dulu, tapi benar-benar pelatih yang melakukan seleksi adalah yang benar-benar bersih, yang benar-benar ingin memajukan sepak bola Indonesia. Kalau pelatihnya masih suka pemain titipani, ya yang kesulitan kita karena datanya tidak valid.

Anda adalah asisten Shin Tae-yong di Timnas Indonesia dan sekarang pelatih kepala untuk level U-16. Perbedaan apa yang Anda rasakan?

Pasti berbeda tanggung jawabnya. Kalau pelatih kepala punya tanggung jawab yang besar, tanggung jawab mengngontrol pemain, staf pelatih, jadwal latihan. Kalau asisten pelatih, saya mendapatkan tugas yang spesifik karena berbagi tugas dengan pelatih lain. Kalau sebagai pelatih kepala, saya harus menyiapkan semuanya. Bagaimana kita membentuk tim dan dan filosofi apa yang akan kita pakai. Tentu itu bukan beban, tapi itu tugas yang harus disiapkan lebih awal.

Selanjutnya soal filosofi sepak bola dan rencana membangun tim...

<!--more-->

Indonesia sudah punya Filanesia sebagai filosofi sepak bola. Bagaimana sikap Anda?

Kalau saya sendiri akan mengikuti tren sepak bola sekarang. Saya bukan ingin mengatakan bahwa Filanesia jelek, tapi akan lebih bagus kalau kita tambahkan dengan apa yang dilakukan coach Shin Tae-yong saat ini yaitu pemain bermain agresif dengan arah bola selalu ke depan. Itu yang ingin saya lakukan.

Saya kebetulan pernah bersama coach Indra di U-19 dan coach Shin, saya pikir saya bisa memadukan apa yang sudah dilakukan coach Indra dan coach Shin selama ini. Itu akan menjadi perpaduan yang baik dan menjadi panduan saya dalam membentuk tim. Saya yakin bisa mengolaborasinya dengan baik.

Apa contoh kolaborasinya?

Kalau bicara Filanesia, posisi berfokus pada penguasaan bola, ke depan, ke samping dan ke belakang. Tapi, apa yang dilakukan coach Shin saat ini bolanya selalu progesif ke depan. Bola akan selalu menuju ke depan dan itu lebih efektif karena bolanya akan cepat sampai ke daerah lawan.

Strategi itu syaratnya Indonesia punya striker yang haus gol. Itu menjadi masalah timnas saat ini. Bagaimana siasat Anda?

Sampai sekarang di tim senior sama juga masalahnya. Kami sulit mencari striker di tim senior dan di tim U-16. Saya belum tahu karena saya masih mencari. Pemain yang jadi top skor di Piala Soeratin, saya panggil. Syarat postur tubuh saya utamakan. Kalau saya mikirnya tim ini cuma untuk bersaing di AFF saja, mereka mungkin mampu. Untuk masuk di level Asia dan selanjutnya, apa dia mampu? Kalau striker, ada timing bergerak dan kemampuan lain yang harus dipenuhi.

Kriteria Anda untuk posisi penyerang...

Striker ada dua macam. Pertama, pemain yang bisa tahan bola dan, kedua, pemain yang bisa bergerak di belakang lawan. Kalau boleh memilih, saya akan mencari kriteria yang kedua. Saya lebih suka striker yang bergerak di belakang lawan dan banyak bergerak mencari ruang. Itu yang saya mau.

Di luar sepak bola, apa kesibukan Anda?

Antar anak sekolah. Hahahaha...

Anda mengarahkan anak Anda untuk bermain bola?

Iya, tapi banyak orang memasukkan anaknya di sepak bola biar anaknya mencintai sepak bola. Saya berbeda. Kalau sudah cinta, baru kita ajarkan sepak bola. Kalau berminat pada sepak bola tentu ada, sekarang anak saya juga bergabung di sekolah sepak bola. Tapi, saya tidak terlalu yang ingin memaksa dia jadi pemain sepak bola.

Siapa sosok pelatih yang Anda jadikan panutan?

Kalau favorit ya pasti ayah saya sendiri. Ayah saya pelatih, jadi harapan saya kalau bisa menyamai beliau atau setidaknya melampaui beliau. Ayah saya figur yang membuat saya seperti ini dan ayah saya cukup sukses membentuk saya.

(Ayah Nova Arianto adalah Sartono Anwar, salah satu pelatih yang pernah sukses membawa PSIS Semarang menjadi juara kompetisi Liga Indonesia era perserikatan pada 1987. Itu menjadi trofi pertama Mahesa Jenar dalam sejarah klub. Sartono juga pernah tercatat melatih sejumlah klub seperti Petrokimia Putra, Arseto Solo, Persibo Bojonegoro, dan Persisam Samarinda).

Penampilan Timnas U-16 atau U-17 terakhir kali menjadi sorotan di Piala Dunia U-17 di Indonesia pada 2023. Bagaimana Anda mengevaluasi penampilan para pemain di turnamen tersebut?

Kalau saya lihat Piala Dunia U-17, saya lebih fokus melihat cara bermain Mali. Saya melihat itu sebagai referensi, apakah bisa tim saya bermain seperti Mali. Pertama, masalah postur. Itu menjadi pertimbangan utama. Kedua, masalah fisik. Kalau mau bermain seperti Mali, maju menyerang bersama-sama dan mundur bertahan bersama-sama, secara fisik, pemain harus kuat dulu. Ketiga, bagaimana kita membentuk strenght pemain agar tidak kalah berduel. Tiga poin ini yang harus kita jadikan dasar untuk mencari pemain.

Kalau cara main atau taktikal itu bisa dibentuk, tetapi kalau soal fisik, para pemain harus punya dasarnya dulu. Kita harus punya dasar fisik dan mentalnya dulu.

Bagaimana Anda melihat Mali bermain?

Wow, gila main bolanya. Saya bingung, bagaimana mereka membuat tim seperti itu. Saya bilang pelatih fisik saya, saya hanya mau pemain yang bisa bermain minimal seperti pemain Mali. Saya mau bermain kombinasi antara coach Indra dan coach Shin, tapi secara fisik, pemain kita harus seperti pemain Mali. Kalau enggak, pelatih fisiknya gue pecat. Hahahaha... Intinya, tujuan saya adalah membentuk pemain seperti itu.

Tapi Mali dikalahkan Prancis di babak semifinal...

Mereka juga kalah karena faktor keberuntungan.

(Timnas Mali U-17 menjadi kuda hitam Piala Dunia U-17 2023. Tak banyak diunggulkan, mereka mampu menembus babak semifinal meski akhirnya tumbang dari Prancis 2-1 di Stadion Manahan, Solo, Selasa, 28 November 2023)

Anda fokus ke Piala Asia, bukan di Piala AFF. Apa tidak takut dibandingkan dengan capaian pelatih sebelumnya?

Kehadiran saya pasti akan dibandingkan dengan keberhasilan coach Fakhri (Fakhri Husaini), coach Bima (Bima Sakti), tapi saya tidak masalah. Yang pasti, saya ingin meloloskan tim saya ke Piala Asia, apapun hasil di Piala AFF. Hasil di Piala AFF menjadi bahan penilaian kami melihat posisi pemain mana saja yang kurang. Target saya adalah pemain saya bisa bermain di level senior.

Bagaimana Anda mengelola ekspektasi suporter yang ingin Timnas Indonesia selalu menjadi juara?

Kalau dari media sosial kadang saya malas baca, tapi enggak apa-apa, itu menjadi alat kontrol kami dan ini menjadi titik awal perjalanan karier saya sebagai pelatih. Saya beryukur selalu didukung sama coach Shin dan coach Indra dan membuat saya semakin percaya diri untuk membuat tim ini berhasil.

Tetapi, tujuan saya untuk Timnas U-16 bermuara di timnas senior. Juara AFF atau lolos kualifikasi Piala Asia itu menjadi tujuan jangka pendek. Untuk jangka panjang, kita harus menyiapkan pemain ini agar bisa tampil sampai di level senior. Pelatih tidak bingung lagi masalah passing dan mental pemain. Itu semua sudah terbentuk dari junior. Saya lebih fokus untuk menyiapkan pemain-pemain ini kalau nanti naik level di U-20, U-23, secara skill, fisik, dan mental.

Pilihan Editor: Kata Erik Ten Hag, Kesenjangan Manchester United dan Manchester City Tidak Terlalu Besar

Berita terkait

PSSI Tetap Siapkan Bonus untuk Timnas U-23 Meski Gagal Lolos ke Olimpiade Paris 2024

9 menit lalu

PSSI Tetap Siapkan Bonus untuk Timnas U-23 Meski Gagal Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Timnas U-23 Indonesia sebelumnya berhasil melewati target yang ditetapkan PSSI di Piala Asia U-23 2024.

Baca Selengkapnya

Timnas U-23 Indonesia Gagal Lolos ke Olimpiade Paris 2024 Usai Dikalahkan Guinea 0-1

3 jam lalu

Timnas U-23 Indonesia Gagal Lolos ke Olimpiade Paris 2024 Usai Dikalahkan Guinea 0-1

Timnas U-23 Indonesia belum bisa memutus rekor buruk tak pernah tampil Olimpiade sejak terakhir kali dilakukan pada 1956.

Baca Selengkapnya

Babak Pertama Timnas U-23 Indonesia vs Guinea 0-1, Ilaix Moriba Cetak Gol Penalti

4 jam lalu

Babak Pertama Timnas U-23 Indonesia vs Guinea 0-1, Ilaix Moriba Cetak Gol Penalti

Pertandingan Timnas U-23 Indonesia vs Guinea dalam laga playoff Olimpiade Paris 2024 di Stadion Clairefontaine, Paris, berakhir dengan skor 0-1.

Baca Selengkapnya

Susunan Pemain Timnas U-23 Indonesia vs Guinea, Bagas Kaffa Starter

5 jam lalu

Susunan Pemain Timnas U-23 Indonesia vs Guinea, Bagas Kaffa Starter

Shin Tae-yong memilih Bagas Kaffa untuk mengisi posisi wingback kanan di laga Timnas U-23 Indonesia vs Guinea.

Baca Selengkapnya

Shin Tae-yong Ingin Pemain Timnas U-23 Tiru Gaya Komunikasi Nathan Tjoe-A-On Selama Bertanding

7 jam lalu

Shin Tae-yong Ingin Pemain Timnas U-23 Tiru Gaya Komunikasi Nathan Tjoe-A-On Selama Bertanding

Pelatih Timnas Indonesia U-23 Shin Tae-yong mengungkap masalah komunikasi para pemain lokal sepanjang pertandingan.

Baca Selengkapnya

Shin Tae-yong Masih Optimis Dapat Tiket ke Olimpiade, Siapkan Strategi Berbeda

8 jam lalu

Shin Tae-yong Masih Optimis Dapat Tiket ke Olimpiade, Siapkan Strategi Berbeda

Pelatih Timnas Indonesia U-23 Shin Tae-yong menyiapkan strategi berbeda menghadapi Guinea demi tiket Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Indonesia vs Guinea: Shin Tae-yong Bela Marselino Ferdinan soal Penampilannya Lawan Irak

8 jam lalu

Indonesia vs Guinea: Shin Tae-yong Bela Marselino Ferdinan soal Penampilannya Lawan Irak

Pelatih Timnas Indonesia U-23 Shin Tae-yong meminta masyarakat Indonesia untuk mendukung Marselino Ferdinan.

Baca Selengkapnya

Timnas Indonesia Diminta Bermain Lebih Kolektif saat Hadapi Guinea

13 jam lalu

Timnas Indonesia Diminta Bermain Lebih Kolektif saat Hadapi Guinea

Pengamat sepak bola Mohammad Kusnaeni menilai Guinea bukan tim yang terorganisassi dengan bagus. Celah untuk Timnas Indonesia?

Baca Selengkapnya

Indonesia vs Guinea: Absennya Justin Hubner Mulai Buat Shin Tae-yong Cemas

14 jam lalu

Indonesia vs Guinea: Absennya Justin Hubner Mulai Buat Shin Tae-yong Cemas

Absennya Justin Hubner diakui Shin Tae-yong mempengaruhi kekuatan lini belakang Timnas U-23 Indonesia.

Baca Selengkapnya

Prediksi Susunan Pemain Timnas U-23 Indonesia vs Guinea: Skuad Garuda Tanpa Rizky Ridho, Justin Hubner, dan Elkan Baggott

14 jam lalu

Prediksi Susunan Pemain Timnas U-23 Indonesia vs Guinea: Skuad Garuda Tanpa Rizky Ridho, Justin Hubner, dan Elkan Baggott

Alfeandra Dewangga diprediksi akan mengisi kekosongan lini belakang yang ditinggal Rizky Ridho dan Justin Hubner dalam laga Timnas U-23 Indonesia vs Guinea.

Baca Selengkapnya