TEMPO.CO, Jakarta - Lahir dan tumbuh semasa remaja di Swiss serta lama hidup di Inggris, selera Roberto Di Matteo masih sangat Italia, negeri nenek moyangnya. Soal lidah, pizza racikan restoran miliknya di Knightsbridge oleh Carlo Cudicini, kiper Tottenham Hotspur asal Italia, diakui sebagai, “Pizza terbaik yang saya temukan di London.”
Soal gaya permainan sepak bola, Di Matteo juga tak melupakan citarasa Italiano: catenaccio. Formasi kuno pertahanan grendel yang pernah sangat diagung-agungkan tim-tim Italia era 1960-an itu dia usung ke Chelsea. Hasilnya, Rabu lalu, di kandang sendiri, The Blues dari London barat itu menekuk juara bertahan Liga Champions, Barcelona, 1-0, pada laga pertama semifinal Liga Champions.
Seperti biasa, Barcelona sangat terampil mengendalikan penguasaan bola dengan memanfaatkan kemampuan individu dan organisasi permainan yang rapi. “Terkadang saya merasa mereka menurunkan 20 pemain,” kata Di Matteo, pelatih yang baru menangani Chelsea mulai awal Maret lalu. “Kami harus menyempitkan ruang sesempit mungkin untuk membatasi ancaman Barcelona.”
Lihatlah statistiknya: Barcelona menguasai bola sebanyak 79 persen. Chelsea? Tentu saja, hanya 21 persen. Bila para pemain Barcelona melakukan 814 kali operan di antara mereka, Chelsea hanya 209 kali. Para pemain Chelsea lebih banyak bersiaga di daerah sendiri saat bintang-bintang Barcelona memainkan si kulit bundar.
Tim tamu melepaskan tembakan ke arah gawang yang dijaga Peter Cech sebanyak 24 kali, enam di antaranya mengarah ke gawang. Tuan rumah hanya melakukan empat kali percobaan tendangan ke gawang Barcelona yang dijaga kiper Victor Valdes.
Dari empat kali percobaan tendangan yang dilakukan Chelsea itu, cuma satu yang benar-benar tepat mengarah ke gawang Barcelona. Hebatnya, itu berubah menjadi gol. Sebaliknya, Barcelona gagal memanfaatkan semua percobaan tendangannya, termasuk empat kali yang dilakukan Lionel Messi, sang superstar asal Argentina.
Messi bahkan menjadi faktor awal bagi keberhasilan Chelsea mencetak gol. Gara-gara Messi ceroboh menjaga bola, pengatur serangan Chelsea, Frank Lampard, berhasil mencurinya dan langsung mengirim umpan lambung kepada Ramirez di sayap kiri. Didier Drogba lantas memanfaatkan umpan crossing Ramirez melalui tembakan yang efektif.
Di Matteo mengaku beroleh inspirasi dari cara AC Milan saat menjamu Barcelona pada laga pertama perempat final. Bedanya, saat itu Milan gagal mencetak gol dan hanya mengakhiri pertandingan dengan skor imbang 0-0. Chelsea lebih beruntung karena memiliki pengalaman lebih baik dalam melakukan serangan balik lewat bola-bola panjang.
Dengan bangga, kapten Chelsea, John Terry, berkata, “Ini salah satu pertandingan terbaik dalam sejarah Chelsea. Kami tak menyentuh bola dalam 15 menit pertama, tapi kami tetap sabar.” Sebaliknya, gelandang Barcelona, Cesc Fabregas, memuji, “Mereka kembali memainkan gaya yang pernah membuat mereka berjaya.”
Meski tak persis dengan gaya Di Matteo, saat ditangani Jose Mourinho, Chelsea juga dikenal dengan pertahanannya yang kuat. Dua gelar juara Liga Primer secara beruntun mereka dapat kala itu: 2004/2005 dan 2005/2006.
“Sementara (mantan pelatih Andre) Villas-Boas lebih menyukai timnya mengambil inisiatif permainan dengan mengontrol bola, Di Matteo cenderung memerintahkan para pemainnya berdiri di daerah sendiri dan mengandalkan bola-bola lambung saat menyerang,” kata Fabregas, gelandang yang lama membela Arsenal.
Satu yang pasti, Di Matteo tak boleh dipandang sebelah mata, meski statusnya sekadar pelatih sementara alias caretaker. Pemilik Chelsea, Roman Abramovich, memilihnya setelah mendepak Villas-Boas gara-gara mereka ditundukkan Napoli 1-3 pada laga pertama 16 besar. Dalam komando Di Matteo, Chelsea membalikkan keadaan dengan menang besar 4-1 di kandang sendiri.
Total, selama dipegang pria kelahiran Schaffhausen, Swiss, ini, The Blues menang 10 kali, 2 kali seri, dan hanya kalah sekali. Di klasemen Liga Primer, posisi Terry dan kawan-kawan belum menembus empat besar. Tapi, di Piala FA, mereka berhasil masuk final setelah menggasak Tottenham Hotspur 5-1 pada semifinal 5-1, Ahad lalu.
Dari empat pelatih tim-tim semifinalis Liga Champions musim ini, Di Matteo paling “pupuk bawang”. Jupp Heynckes (Bayern Muenchen), Jose Mourinho (Real Madrid), dan Pep Guardiola (Barcelona) semuanya sudah pernah mengangkat trofi Liga Champions. Untuk Di Matteo, jangankan memberikan gelar kompetisi tertinggi antarklub Eropa itu, membawa timnya berlaga di Liga Champions saja baru tiga kali ini, termasuk saat melawan Barcelona.
Di Matteo adalah gelandang Chelsea pada kurun 1996-2002. Dia juga pernah membela tim nasional Italia sebanyak 34 kali. Catatannya yang paling menarik sebagai pemain adalah ketika mencetak gol untuk Chelsea pada final Piala FA 1996/1997 melawan Middlesbrough. Pria berambut cepak ini melakukannya dari jarak sekitar 29 meter dan pada detik ke-42!
Sebagai pelatih, Di Matteo baru dua kali menangani klub sebelum Chelsea, yaitu Milton Keynes Dons di Divisi Championship, serta membawa West Bromwich Albion berpromosi ke Liga Primer. Di Matteo lantas dipecat dari Albion, Februari 2011. Abramovich kemudian mengangkat dia menjadi asisten Villas-Boas. Dengan kesuksesannya sejauh ini, bukan tak mungkin Di Matteo beroleh status baru di Chelsea musim depan: pelatih tetap.
Kini, satu laga lagi harus mereka lalui agar benar-benar sampai ke partai puncak Liga Champions untuk menuju gelar obsesi Abramovich. Dan itu harus mereka jalani di kandang Barcelona pada laga kedua semifinal, Selasa nanti.
Soal gaya bertahan, Mourinho adalah pakarnya. Tapi, secara statistik, gaya bertahan ala Mourinho tak cukup ampuh untuk menahan Barcelona. Dalam sejarahnya bersama Chelsea, Inter Milan, dan Real Madrid saat bertemu dengan Barcelona, Mourinho menderita 9 kali kalah, hanya 7 kali berhasil menahan imbang, dan cuma 2 kali beroleh kemenangan.
Di Nou Camp nanti, takdir Di Matteo diuji. “Bermain melawan tim terbaik di dunia adalah tantangan terbesar bagi setiap pelatih,” katanya. Mengulang caracatenaccio atau bukan, keunggulan Chelsea harus dipertahankan. Bila berhasil, final di Muenchen menanti, pada 19 Mei, sepuluh hari sebelum ulang tahun Di Matteo yang ke-42.
BERBAGAI SUMBER | ANDY MARHAENDRA
Roberto Di Matteo
Kelahiran: Schaffhausen, Swiss, 29 Mei 1970
Posisi bermain: Gelandang
Karier pemain: Schaffhausen (1988-1991), Zurich (1991-1992), Aarau (1992-1993), Lazio (1993-1996), Chelsea (1996-2002)
Karier pelatih: Milton Keynes Dons (2008-2009), West Bromwich Albion (2009-2011), Chelsea (caretaker, 2012)
Trofi pemain: Aarau (Piala Super Swiss 1993), Chelsea (2 kali Piala FA, Piala Liga 1997/1998, Piala Winners 1997/1998, Piala Super Eropa 1998, Charity Shield 2000)
Berita terkait
Manchester City dan Arsenal Berebut Gelar Juara Liga Inggris Malam Ini: Jadwal, Skenario, dan Fakta Menarik
5 jam lalu
Persaingan Manchester City dan Arsenal untuk memperebutkan gelar juara Liga Inggris 2023-2024 akan memuncak pada Minggu malam, 19 Mei 2024.
Baca SelengkapnyaJadwal Liga Inggris Pekan Terakhir Minggu Malam 19 Mei 2024: Simak Hal-hal Menarik untuk Dinantikan
6 jam lalu
Jadwal Liga Inggris pekan terakhir atau pekan ke-38 akan hadir pada Minggu, 19 Mei 2024. Seluruh pertandingan akan berlangsung serentak mulai 22.00.
Baca SelengkapnyaJurgen Klopp Jalani Laga Perpisahan di Liga Inggris Minggu Malam Ini 19 Mei, Simak Deretan Prestasinya di Liverpool
7 jam lalu
Jurgen Klopp akan mengucap salam perpisahan dalam pertandingan pamungkasnya bersama Liverpool di Liga Inggris Minggu malam, 19 Mei 2024.
Baca SelengkapnyaMengenal Joel Matip yang akan Hengkang dari Liverpool
9 jam lalu
Bek Liverpool Joel Matip akan hengkang dari Liverpool setelah delapan tahun bermarkas di Anfield
Baca SelengkapnyaThiago Alcantara akan Hengkang dari Liverpool, Begini Perjalanan Kariernya
11 jam lalu
Thiago Alcantara akan meninggalkan Liverpool pada akhir musim ini
Baca SelengkapnyaJelang Manchester City vs West Ham, Pep Guardiola Rasakan Kekacauan Serupa Musim 2021-2022
12 jam lalu
Manajer Manchester City Pep Guardiola mengaku waspada menghadapi permainan West Ham United dan David Moyes di laga pamungkas Liga Inggris musim ini.
Baca SelengkapnyaKepergian Jurgen Klopp dari Liverpool dan Warisannya di Anfield
14 jam lalu
Bagaimana Jurgen Klopp menjadi begitu berpengaruh untuk pendukung Liverpool dan Kota Merseyside?
Baca SelengkapnyaManajer West Ham David Moyes Tidak Akan Bantu Manchester City dan Arsenal Berburu Gelar Liga Inggris
16 jam lalu
West Ham United punya pengaruh besar dalam perebutan gelar juara Liga Inggris pekan ini. Bagaimana pengaruhnya?
Baca SelengkapnyaPrediksi Manchester City vs West Ham di Pekan Terakhir Liga Inggris: Jadwal, H2H, Kondisi Tim, Perkiraan Formasi
20 jam lalu
Duel Manchester City vs West Ham United akan tersaji pada laga pekan ke-38 Liga Inggris 2023-2024. Peluang The Citizens meraih gelar juara besar?
Baca SelengkapnyaPrediksi Arsenal vs Everton di Liga Inggris Pekan Terakhir: Jadwal Live, H2H, Kondisi Tim, Perkiraan Formasi
21 jam lalu
Duel Arsenal vs Everton akan tersaji pada pekan terakhir Liga Inggris 2023-2024. Kemenangan tak cukup membawa Arsenal menjadi juara.
Baca Selengkapnya