Pemain Laos Keoviengpheth Lithideth gagal mencetak gol dan melewati penjaga gawang Indonesia Wahyu Tri Nugroho dalam laga penyisihan grup B Piala Suzuki AFF di stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, (25-11). REUTERS/Bazuki Muhammad
TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Seperti ini rupanya jika pemain sepak bola tidak memiliki keterampilan berbahasa asing. Dalam sebuah pertemuan dengan para jurnalis di Kuala Lumpur, Malaysia, pemain Laos hanya melongo ketika dihujani pertanyaan.
Keoviengpheth Lithideth, misalnya. Dia bolak-balik menatap wajah rekannya ketika ditanya wartawan dengan menggunakan bahasa Inggris.
Bermacam pertanyaan telah dilontarkan, tapi pencetak gol Laos ke gawang Indonesia itu hanya diam dan terus mengulangi ekspresi yang sama. Dia seperti mencoba meminta bantuan rekan-rekannya yang lain, tapi nihil.
Beberapa saat bertahan, wartawan akhirnya "menyerah" dan menyudahi sesi wawancara singkat tersebut tanpa mendapatkan apa pun.
Begitulah gambaran sesi wawancara dengan tim nasional Laos. Seringkali tanpa hasil. Bukan karena mereka mencoba mengasingkan diri dari media seperti yang dilakukan kapten Indonesia, Bambang Pamungkas, tapi karena mayoritas anak asuh Kokichi Kimura itu tidak menguasai bahasa asing.
Hanya satu-dua pemain yang bisa berbahasa Inggris. Itu pun minim: hanya bisa menjawab dengan kata-kata sederhana seperti "yes", "no", "win", "family", atau "happy".
Seorang wartawan dari Indonesia yang sempat mencoba mewawancarai para pemain Laos hanya bisa terkekeh seusai wawancara sambil mengenang ekspresi "muka polos" para pemain Laos.
Memang menjadi pengalaman unik tersendiri bagi wartawan, khususnya asal Indonesia, ketika mewawancarai pemain Laos. Tidak jarang, pertanyaan yang dilontarkan harus dibarengi gerak tubuh yang lucu, seperti menunjuk, menggoyangkan badan, atau memegang sesuatu.
