TEMPO.CO, Manchester - Pelatih Malaga Manuel Pellegrini memberi peringatkan kepada klub yang mengincarnya, Manchester City, kalau dirinya adalah pelatih bertangan besi. Dia tidak takut untuk menunjukkan kekuasaannya di klub, bahkan melawan egomaniak-nya sebuah klub atau pemiliknya sekalipun.
Menurutnya seorang manajer harus menjadi diktator sekaligus demokrat. "Saya seorang diktator karena pemain sepak bola harus mematuhi saya tapi saya demokrat karena saya harus meyakinkan mereka agar mereka melakukannya," kata Pellegrini kepada The Sun, Sabtu, 18 Mei 2013. "Jika Anda ingin menjadi seorang pelatih, Anda harus menunjukkan kekuasaan."
Bagi Pellegrini, seorang pelatih harus menjadi pemimpin. Sulit bagi pelatih yang tak bisa memimpin karena mereka harus mengelola 25 pesepakbola yang berbeda usia, keanehan, dan mentalitas untuk mencapai kepentingan bersama. "Tapi pada saat yang bersamaan mereka egomaniak," tambah Pellegrini.
Kubu Etihad Stadium belum pulih dari kekalahan mereka di final Piala FA dengan klub degradasi Wigan Athletic. Keterkejutan makin menjadi manakala manajer Roberto Mancini dipecat 48 jam setelah kekalahan menyakitkan tersebut. Secara signifikan beberapa akun anonim twitter yang diduga merupakan bintang-bintang Manchester City menulis beberapa pesan kesedihan terhadap perginya bos mereka.
Pellegrini, 59 tahun, yang digadang-gadang akan menjadi pengganti Mancini sudah mewanti-wanti kepada Manchester City perihal kekerasan dirinya dalam mengelola pemain. Tidak peduli bintang bila tak patuh maka akan ditendang oleh Pellegrini.
"Saya memecat Riquelme. Dan jika Anda bertanya apakah saya akan memecatnya lagi, saya mengatakan ya," ujar Pellegrini.
Ketika melatih Villareal di Liga Spanyol, Pellegrini pernah memecat Juan Roman Riquelme, pemain asal Argentina yang saat itu menjadi bintang klub. Mereka berseteru karena Riquelme terlambat balik ke klub padahal izin cutinya sudah habis tanpa alasan.
