Mantan striker Manchester United Ole Gunnar Solskjaer berbicara didepan para awak media dalam konfrensi pers atas peresmian dirinya menjadi manager klub liga Premier Inggris, Cardiff City di stadion mereka di Cardiff, Wales, Inggris, (2/1). REUTERS/Rebecca Naden
TEMPO.CO, Swansea - Pelatih Cardiff City, Ole Gunnar Solskjaer, memimpin timnya melawat ke Liberty Stadium untuk menantang Swansea City dalam laga lanjutan Liga Primer, yang akan berlangsung Sabtu malam, 8 Agustus 2014.
Bagi mantan bintang Manchester United tersebut, laga ini bukan perjalanan mudah. Pertama, karena Swansea City adalah musuh bebuyutan Cardiff. Perseteruan kedua tim telah berlangsung sejak 1929!
Kedua, karena dia harus memetik tiga poin dari laga ini untuk meloloskan diri dari zona degradasi. Maklum, hingga pekan ke-24, Cardiff masih terperosok di peringkat ke-19 Liga Primer Inggris dengan torehan poin hanya 21.
Sedangkan Swansea lebih beruntung. Mereka telah mengoleksi 24 poin dan menempati peringkat ke-12 klasemen sementara. Jadi, di atas kertas, mereka lebih kuat.
"Bagi saya, ini lebih dari sekadar derby yang harus Anda menangi," kata Solskjaer. "Ini tentang masa depan kami dan, karenanya, ini akan jadi pertandingan yang dahsyat."
Solskjaer tak berlebihan. Laga Cardiff melawan Swansea disebut derby Wales Selatan. Kehebohannya tak kalah dibanding derby duo Manchester.
Bagi pelatih baru, seperti Solskjaer, selain untuk meraih 3 poin, kemenangan di partai derby penting untuk mengangkat kehormatan mereka di “mata tetangga”. Apalagi, dalam pertemuan kedua tim sebelumnya di kandang Cardiff, mereka sukses menekuk Swansea—saat itu Cardiff masih dilatih Malky Mackay.
Jika bisa mengulang kesuksesan Mackay tersebut, Solskjaer akan mencetak sejarah baru bagi Cardiff: menjadi pelatih pertama Cardiff yang memenangi laga kandang dan tandang melawan Swansea dalam 27 musim terakhir!
Meski begitu, meraih kemenangan di Liberty Stadium tetap bukan perkara mudah. Skuad besutan Solskjaer juga harus melawan tekanan dari ribuan pendukung Swansea.