Para pemain Tim Nasional U-19 merayakan gol pertama dari Muchlis Hadi Ning Syaifulloh saat pertandingan ujicoba antara Tim Nasional U-19 melawan Persiba Bantul di Stadion Sultan Agung, Bantul, (5/2). Timnas U-19 menang 2-0. TEMPO/Suryo Wibowo
TEMPO.CO, Solo - Pelatih tim nasional U-19, Indra Sjafri, menemukan kelemahan pasukannya saat meladeni tim pra-Pekan Olahraga Nasional Jawa Tengah di Stadion Manahan, Solo, Senin malam, 10 Februari 2014. Dia mengatakan pasukannya kesulitan membongkar pertahanan lawan yang mengandalkan tekanan ketat.
Menurut Indra, saat menghadapi tim yang menerapkan pertahanan ketat seperti tim pra-PON Jateng, Evan Dimas cs bisa memanfaatkan alternatif serangan lain. "Misalnya, melakukan tendangan jauh," katanya.
Timnas U-19 memiliki sederet pemain yang memiliki tendangan keras. Nama pertama tentu saja gelandang sekaligus kapten timnas U-19, Evan Dimas. Pemain bernomor punggung 6 itu berkali-kali menjebol gawang lawan dengan tendangan kanan dan kirinya, termasuk saat mengalahkan Korea Selatan dan meloloskan Indonesia ke Piala Asia 2014. Rekan-rekannya punya kemampuan serupa, meski akurasinya tidak sehebat sang kapten, misalnya gelandang Muhammad Hargianto, Paulo Sitanggang, dan penyerang Muchlis Hadi Ning Syaifulloh.
Tendangan dari luar penalti jadi sesuatu yang langka saat timnas U-19 menghadapi tim pra-PON Jateng tadi malam. "Hanya Evan Dimas yang melakukan tendangan jarak jauh," kata Indra. "Itu pun hanya sekali."
Alternatif serangan lain, kata Indra, adalah bermain dengan bola pendek dan umpan satu-dua. "Cara-cara itu cukup efektif untuk menghadapi lawan dengan pertahanan gerendel," ujarnya. Namun dia menolak anggapan yang menyebut penampilan pasukannya menurun. Operan Evan Dimas cs, kata dia, semakin terasah.
