Pemain Norwich City Russell Martin (kiri) dan Robert Snodgrass menghadang pemain Manchester United Tom Cleverley (tengah) pada pertandingan Lig Primer Inggris di Carrow Road, Norwich (28/12). REUTERS/Darren Staples
TEMPO.CO, London - Gelandang Manchester United Tom Cleverley merasa dipersalahkan atas keterpurukan timnya musim ini. "Saya jadi kambing hitam," katanya, Rabu, 12 Februari 2014. "Media menganggap saya tidak banyak membantu tim."
"Saat pertama menyadari itu, rasanya pahit," ujar Cleverley. Namun perlahan dia bisa mengatasi tekanan itu. "Saya yakin proses ini bisa memperkuat karier saya."
Pemain 24 tahun itu mengatakan tidak bisa menggiring bola selihai Ryan Giggs atau membuat lawan tersungkur seperti Roy Keane. "Saya juga jarang membuat gol karena bukan itu tugas utama saya," katanya. Musim ini, dia baru mencetak sebiji gol dari 26 pertandingan.
Namun fan MU juga tidak menuntutnya jadi pengganti dua pemain legendaris MU tersebut. Cleverley diharapkan bisa mengisi kekosongan di lini tengah yang ditinggalkan Paul Scholes, gelandang dengan umpan akurat dan rajin membantu pertahanan.
Nyatanya, Cleverley baru mencetak satu assist sepanjang musim. Pelatih David Moyes menempatkannya di posisi gelandang bertahan. Dari situ, dia lebih banyak memberi operan sederhana ke rekan yang berada jauh dari kawalan lawan. Menurut dia, gaya main itu diadaptasinya dari Liga Spanyol yang mengutamakan penguasaan bola. "Prinsip mereka, selama kita menguasai bola, tim lawan tidak bisa menyakiti kita," ujarnya.
Keyakinan tersebut bisa kembali dia jalankan jika dipilih Moyes saat MU menghadapi Arsenal di Stadion Emirates, London, dinihari nanti. Meski mendapat kritik, Cleverley mengatakan akan mempertahankan gaya mainnya. "Toh, saya merasa telah memberikan yang terbaik untuk tim," katanya.
Saat ini The Red Devils--julukan MU--tertahan di peringkat ketujuh klasemen sementara dengan 41 poin, tertinggal jauh dari Arsenal yang kini di urutan kedua dengan 55 poin. (Baca: Lima Masalah Moyes di MU)
