Skandal Korupsi FIFA Menjatuhkan Blatter dari Kursi Presiden
Editor
Hari prasetyo
Rabu, 3 Juni 2015 02:36 WIB
TEMPO.CO, Zurich - Sepp Blatter mengatakan akan mundur sebagai presiden badan sepak bola dunia, FIFA, karena skandal korupsi. Pria asal Swiss berusia 79 tahun itu juga meminta digelar kongres FIFA luar biasa secepat mungkin untuk memilih presiden baru.
Blatter terpilih untuk kelima kalinya sebagai Presiden FIFA dalam pemilihan di markas mereka di Zurich, Swiss, meski tujuh pejabat teras FIFA telah ditangkap pada dua hari sebelumnya oleh otoritas keamanan di sana atas permintaan pihak Amerika Serikat yang sudah lama menyelidiki tindakan korupsi mereka. (baca: Keterkaitan Blatter dalam Korupsi FIFA di Amerika Diselidiki )
Blater mengatakan, “Mandat saya tampaknya tidak didukung oleh semua orang,” pada Rabu, 3 Juni 2015. “Kongres luar biasa FIFA berikutnya akan berlangsung di Kota Meksiko pada 13 Mei 2016,” Blatter melanjutkan dalam konferensi persnya.
“Hal ini akan menciptakan penundaan yang tidak perlu. Saya akan mendesak komite eksekutif untuk mengatur kongres luar biasa buat pemilihan pengganti saya pada kesempatan pertama,” ucapnya. “Ini perlu dilakukan sejalan dengan Undang-Undang FIFA. Kita harus memberikan waktu yang cukup buat kandidat terbaik untuk menampilkan diri dan berkampanye,” Blater menambahkan.
Kongres luar biasa FIFA diharapkan akan berlangsung antara Desember 2015 dan Maret 2016.
Asosiasi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) menjadi pusat perhatian dunia pekan lalu setelah penangkapan tujuh pengurus terasnya di sebuah hotel mewah di Zurich, Swiss, pada Rabu pagi waktu setempat, 27 Mei 2015. Saat itu mereka akan menghadiri Kongres FIFA yang puncaknya adalah pemilihan Presiden FIFA pada Jumat, 29 Mei 2015.
Mereka yang ditangkap adalah Jeffrey Webb, Presiden CONCACAF–asosiasi sepak bola Amerika Utara, Tengah, dan Karibia–dan Wakil Presiden FIFA. Lantas, ada pula Eugenio Figueredo, pejabat teras di CONMEBOL (Amerika Selatan), Eduardo Li (presiden asosiasi sepak bola Kosta Rika), Rafael Esquivez (pemimpin sepak bola Venezuela), Jose Maria Marin (anggota Komite FIFA), Julio Rocha (pejabat pengembangan FIFA), dan Costa Takkas (pimpinan CONCACAF). Mereka ditangkap oleh aparat keamanan Swiss atas permintaan Departemen Kehakiman Amerika Serikat berdasarkan dakwaan dari pengadilan federal di Brooklyn. (baca:Mr 10 Persen, Pria di Balik Terbongkarnya Skandal FIFA)
Tidak cuma tujuh orang yang ditangkap itu yang diduga terlibat dalam tindak korupsi berupa penyuapan, penerimaan suap, pencucian uang, penggelapan hak siar, dan pemerasan dalam 20 tahun terakhir. Tujuh orang lainnya yang masih berada di luar juga dicurigai terlibat.(baca: Berikut Kronologi Penangkapan Pentolan FIFA)
Pemerintah Swiss juga menyelidiki adanya tindakan kejahatan korupsi dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 yang menghebohkan itu, dengan Rusia dan Qatar terpilih sebagai tuan rumah. (baca: Mafia di FIFA Sudah Mirip Kartel Narkoba?)
“Saya sangat terkait dengan FIFA dan kepentingannya. Kepentingan-kepentingan yang saya sayangi dan ini mengapa saya mengambil keputusan itu,” kata Blatter.
“Yang paling penting buat saya adalah lembaga FIFA dan sepak bola di seluruh dunia. Saya benar-benar telah mempertimbangkan dan berpikir tentang jabatan presiden saya dan 40 tahun terakhir dalam hidup saya,” kata Blatter, yang sudah memimpin FIFA selama 17 tahun. “Tahun-tahun ini berhubungan erat dengan FIFA dan olahraga sepak bola yang indah ini. Saya menghargai dan mencintai FIFA lebih dari apa pun,” Blatter melanjutkan.
“Saya hanya ingin berbuat yang terbaik untuk FIFA dan lembaga ini. Saya memutuskan untuk mencalonkan lagi (sebagai presiden FIFA untuk kelima kalinya) sebagai pilihan terbaik untuk sepak bola. Pemilihan sudah ditutup tapi tantangan yang kita hadapi belum berakhir,” kata Blatter.
BBC | GUARDIAN | HARI PRASETYO