Striker Robin van Persie bertepuk tangan usai berakhirnya pertandingan melawan Arsenal di laga terakhir kandang di Old Trafford, Manchester, Inggris, 17 Mei 2015. Laga terakhir kandang Manchester United menjamu Arsenal, setan merah meraih poin satu usai berakhir seri 1-1. REUTERS
TEMPO.CO,Jakarta - Pada musim 2010-2011, Liga Super Turki diguncang skandal pengaturan pertandingan. Dinamika politik di sana pun begitu tinggi. Tapi Liga Super Turki mampu keluar dari tekanan, berkembang menjadi lebih baik—tidak lagi sekadar tempat “pelesir” bintang tua—dan memproduksi pemain yang berpotensi hebat seperti Arda Turan.
Mengalirnya para pemain terkenal dunia ke sana, dari Wesley Sneijder, Dirk Kuyt, Samuel Eto’o, Didier Drogba, Nani, dan yang sedang menjadi buah bibir, Van Persie, telah membuat persaingan di Liga Super Turki menjadi lebih merata dan tidak lagi hanya didominasi Galatasaray dan Fenerbahce.
Van Persie bergabung ke Fenerbahce menyusul jejak rekannya di Manchester United asal Portugal, Nani. Mantan bintang Barcelona dan Chelsea, Eto’o, menandatangani kontrak dengan Antalayspor.
Liga Super Turki sebelumnya membatasi hanya enam pemain asing yang boleh ada di setiap klub. Tapi, kini, mereka membuka keran lebih lebar dengan mengizinkan 14 pemain asing di setiap klub, mendekati model Liga Primer Inggris.
Bukan tak mungkin Van Persie, yang sudah masuk generasi pemain berusia 30 tahun, mengalami semacam pencerahan di sana. Masih ingat bagaimana Sneijder setelah dilepas Inter Milan ke Galatasaray kemudian mendapatkan performa yang diinginkan untuk masuk kembali ke skuad Belanda? Bersama Dirk Kuyt–sebelum kini balik ke Feyenoord--di Fenerbahce, ia menjadi dinamo tim Belanda untuk mencapai peringkat ketiga Piala Dunia 2014.