TEMPO.CO, Jakarta - Kandidat presiden Federasi Internasional Asosiasi Sepak Bola (FIFA) Pangeran Ali Bin Al Huessin mengatakan penundaan pemilihan presiden FIFA pada Februari akan membahayakan kredibilitas organsasi itu.
Pemilihan pengganti Sepp Blatter itu dijadwalkan pada 26 Februari 2016. Tapi, berdasarkan laporan ESPN, komite eksekutif FIFA akan mengadakan pertemuan darurat pekan depan untuk membicarakan penundaan pemilihan presiden. Alasan penundaan adalah krisis yang sedang menghantam badan pengatur sepak bola dunia itu.
Michel Platini, presiden UEFA non-aktif dan salah satu kandidat kuat, diskors FIFA selama 90 hari sejak Kamis pekan lalu, 8 Oktober 2015. Dia dinon-aktifkan karena sedang berada di bawah investigasi komite etik FIFA atas kasus korupsi di tubuh FIFA. Dengan demikian, Platini tidak mungkin memenuhi tenggat pendaftaran calon presiden pada 26 Oktober 2015 ini.
"Dengan krisis FIFA yang kian dalam, organisasi ini harus bergerak melampaui kepemimpinan interim dan memilih presiden yang akuntabel," kata Pangeran Ali sebagaimana dilansir ESPN. "Menunda pemilihan hanya akan menangguhkan perubahan yang diperlukan.”
Menurut Pangeran Ali, penundaan waktu pemilihan akan memperparah ketidakstabilan yang sedang terjadi. “Ini juga akan menunjukkan kepada dunia bahwa FIFA masih juga belum belajar—bahwa kesepakatan-kesepakatan di balik layar yang telah mendiskreditkan FIFA masih berlanjut,” kata dia. "Anggota komite eksekutif FIFA harus ingat bahwa asosiasi-asosiasi sepak bola, pemain-pemain, pelatih, dan penggemar di dunia sedang mengawasi.”
Pangeran Ali meminta komite eksekutif tidak mencampuri proses yang sedang dijalankan komite pemilihan. “Tanggal pemilihan 26 Februari telah ditentukan tiga bulan lalu dengan prosedur yang jelas dan memenuhi semua syarat yang ditentukan di Statuta FIFA,” ujarnya. “Kandidat-kandidat telah memiliki banyak waktu untuk mendeklarasikan diri dan sekarang masih memungkinkan. Peraturan tidak boleh diubah saat permainan sudah berlangsung.”