Presiden FIFA Sepp Blatter dihujani uang kertas palsu yang dilemparkan oleh komedian Inggris Lee Nelson saat konferensi pers setelah Rapat Komite Eksekutif FIFA Luar Biasa di Markas FIFA di Zurich, Swiss, 20 Juli 2015. REUTERS/Arnd Wiegmann
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan pejabat tinggi Asosiasi Sepak Bola Inggris, Lord Teisman, mengungkapkan bahwa Qatar menghabiskan dana sekitar 117 juta pound sterling atau sekitar Rp 2,4 triliun untuk memenangkan status tuan rumah Piala Dunia 2022. Inggris curiga penggunaan dana itu untuk melakukan hal ilegal, seperti suap, karena penggunaannya tak dilakukan secara transparan.
Dana itu disebut enam kali lebih besar daripada yang dihabiskan Inggris saat kalah dalam pemilihan penyelenggara Piala Dunia 2018 dan 12 kali dari yang dikeluarkan Amerika Serikat. Pihak Qatar, yang dicoba dihubungi BBC, tak merespons soal dana ini.
"Saya diberitahukan oleh dua sumber yang selalu memiliki informasi yang bisa diandalkan dan merupakan intelijen yang baik bahwa Qatar telah menghabiskan 117 juta pound sterling," ujarnya seperti dilansir laman kantor berita Inggris, BBC, Senin, 7 Desember 2015.
Qatar mengalahkan Amerika Serikat dalam pemilihan penyelenggara Piala Dunia 2022, sedangkan Inggris kalah dari Rusia. Pemilihan Qatar ini pun diselimuti kontroversi setelah skandal korupsi di FIFA terbongkar. Presiden FIFA Sepp Blatter disebut menerima sejumlah uang dalam pemilihan Qatar dan Rusia itu.
Teismen mencurigai penggunaan uang sebanyak itu. Apalagi, menurut dia, penggunaan dana sebesar itu tak transparan. Karena itu, dia mendesak agar penggunaan dana tersebut dibuka secara luas.
"Secara blakblakan saya katakan bahwa masyarakat harus tahu bagaimana uang itu digunakan dan apakah itu legal atau tidak," ucapnya. "Masalahnya adalah, hanya Tuhan yang tahu. Penggunaan dana itu tak cukup transparan untuk dikethui semua orang."
Mantan juru kampanye Inggris saat pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018, Garry Lineker, berharap kasus korupsi dalam sepak bola bisa terus terungkap dan bisa memperbaiki keadaan sepak bola saat ini.
"Korupsi di dunia sepak bola telah membuat saya muak karena olahraga ini telah menjadi bagian besar dalam hidup saya dan bagian besar dari banyak orang di dunia," tuturnya. "Saya berharap, dengan semua yang sudah jelas-jelas busuk, kita bisa keluar dari situ dan memulainya lagi serta memperbaikinya."