TEMPO.CO, Jakarta - Sosok legendaris asal Belanda, Johan Cruyff, sudah berpulang, Kamis lalu. Ia meninggal pada usia 68 tahun setelah berjuang melawan kanker. Kepergiannya memunculkan gelombang duka cita dari seluruh dunia. Padahal, ia sudah lama tak berkecimpung langsung dalam sepak bola. Ia terakhir kali bermain pada 30 tahun lalu. Dan karier pelatihnya usai pada 20 tahun lalu.
Lalu, mengapa ia dianggap tetap penting? Ada sejumlah alasan, seperti berikut ini:
1. Karena "Cruyff turn"
Johan Cruyff adalah seniman sejati. Di lapangan ia menemukan gerakan-gerakan indah, yang tak terbayangkan. Salah satunya ia lakukan pada Piala Dunia 1974. Saat Belanda melawan Swedia, di kotak penalti ia berhadapan dengan Jan Olsson. Menghadapi hadangan lawan, pemain ini seperti hendak mengeser bola ke arah depan. Nyatanya, dengan ujung sepatu kanannya ia menahan bola dan mengarahkan lewat belakang kaki kirinya, membuat Olsson terkeboh habis. Itulah gerakan ajaib yang kemudian dikenal dengan "Cruyff turn" yang belakangan banyak ditiru pemain lain. (lihat video "Cruyff turn" di sini)
2. Penjelmaan Total Football
Pemain ini dianggap jadi ruh permainan Total Football yang dipergakan timnas Belanda pada Piala Dunia 1974. Para pemain Belanda terus menerus merangsek ke depan, sama-sama turun bertahan, beralih dari kiri ke kanan, saling bertukar posisi, menciptakan ruang, dan kebingungan bagi lawan. Itulah inti dari total football, yakni menempatkan kiper sebagai penyerang pertama dan menjadikan penyerang pemain bertahan pertama. Semua jadi satu, tak ada perbedaan pasti soal posisi dan peran. Cruyff kemudian memodifikasi gaya bermain itu menjadi gaya tiki-taka yang kemudian jadi ciri khas Barcelona.
3. Mengubah La Masia
Cruyff menjadi pemain termahal dunia yang pertama dalam sejarah, setelah dibeli Barceloan dari Ajax. Ia menyumbang satu gelar La Liga untuk klub itu sebagai pemain. Sebagai pelatih, ia mempersembahkan empat gelar yang sama, yang dilengkapi trofi Eropa. Tapi, sumbangan utamanya bukanlah itu. La Masia. Ya, ia mengubah akademi Barcelona itu jadi mesin produksi para pemain berkemampuan individual hebat yang mahir memainkan gaya tiki-taka. Dari kurikulum ciptaan dialah lahir maestro-maestro Barcelona, seperti Lionel Messi, Andres Iniesta, dan Xavi emerged. Seperti kata Pep Guardiola, "Johan Cruyff sudah mengecat sebuah kapel. Pelatih Barcelona setelahnya hanya memperbaiki dan meningkatkannya."
4. Penalti ajaib itu
Pada 1982, Cruyff dan Jesper Olsen melakukan penalti ajaib untuk Ajax. Tak menendang langsung ke gawang, Cruyff hanya menyentuh bola pelan dari titik putih, lalu disambar Olsen, yang mengecoh kiper dan mencetak gol. Bulan lalu, dua pemain Barcelona, Luis Suarez dan Lionel Messi mengulang penalti itu dan sukses, ketikga Barca mengalahkan Celta Vigo 6-1.
5. Pioner soal nomor kaus
Sebelum dia, kaus sepak bola hanyalah nomor 1 hingga 11. Tapi, Cruyff membuat pengecualian dengan memakai nomor 14. Belakangan, langkahnya diikuti banyak pemain lain, seperti David Beckham dan Michael Jordan, yang sama-sama memakai nomor 23, Mario Balotelli memakai 45. Anak Cruyff, Jordi, juga jadi pioner soal kaus tim ini. Ia, yang kini jadi direktur olahraga klub Maccabi Tel-Aviv, memakai nama depan di kausnya saat pindah ke Manchester United pada 1996 dan jadi pemain pertama yang dibolehkan melakukannya di Liga primer.
BBC | NURDIN
Berita terkait
Penyair Joko Pinurbo Meninggal, akan Dimakamkan di Sleman
10 hari lalu
Penyair Joko Pinurbo meninggal pada usia 61 tahun karena sakit.
Baca SelengkapnyaProfil Simon Tahamata, Legenda Klub Ajax Amsterdam Keturunan Maluku
6 Maret 2024
Fans Ajax Amsterdam melepas salah seorang legenda klubnya, Simon Tahamata yang keturunan Maluku. "Oom Simon Terima Kasih" tulisan di spanduk.
Baca SelengkapnyaSolihin GP Wafat, Pj Wali Kota Bandung Kenang Kiprah Mang Ihin Atasi Krisis Pangan Lewat Gogo Rancah
5 Maret 2024
Tokoh Jawa Barat Solihin GP yang akrab disapa Mang Ihin itu meninggal saat perawatan di Rumah Sakit Advent Bandung.
Baca SelengkapnyaKisah Solihin GP Rayakan Ulang Tahun Ke-80 di Unpad, Ingatkan Pentingnya Pemberantasan KKN
5 Maret 2024
Solihin GP mengajak masyarakat kembali ke konsep dasar dalam mengelola lingkungan hidup.
Baca SelengkapnyaTokoh Jawa Barat Solihin GP Meninggal di Bandung
5 Maret 2024
Mantan Gubernur Jawa Barat yang juga pendiri Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Solihin GP wafat di usia 97 tahun.
Baca SelengkapnyaCendekiawan Ignas Kleden Berpulang setelah Dua Tahun Mengidap Gangguan Ginjal
22 Januari 2024
Ignas Kleden dikenal sebagai sosok sastrawan, sosiolog, dan kritikus sastra asal lores Timur.
Baca Selengkapnya8 Pelatih yang Sukses Awali Karier Bersama Mantan Klubnya
21 Januari 2024
Daniele De Rossi ditunjuk jadi pelatih mantan klubnya, AS Roma. Berpeluang mengikuti suskes delapan pelatih lain.
Baca SelengkapnyaJenazah Lukas Enembe Disambut Tangisan Ratapan Suku Sentani di Jayapura
28 Desember 2023
Dantje Nere mengatakan masyarakat adat yang juga sebagai warga jemaat GKI Filadelfia Kampung Harapan setempat sangat merasa kehilangan Lukas Enembe.
Baca SelengkapnyaProfil Doni Monardo, Mantan Ketua BNPB yang Meninggal Hari Ini
3 Desember 2023
Doni Monardo menjabat sebagai Ketua Umum PPAD atau Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat untuk periode 2021-2026.
Baca SelengkapnyaEks Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo Berpulang
3 Desember 2023
Doni Monardo jatuh sakit dan menjalani proses perawatan intensif di rumah sakit sejak 22 September 2023.
Baca Selengkapnya