Mourinho Kritik Pemain MU, Kondisi di Chelsea Terulang?
Editor
Nurdin Saleh TNR
Minggu, 13 November 2016 09:10 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Jose Mourinho, 53 tahun, sempat dijuluki pelatih bertangan dingin. Sekali datang, dia bisa menjadikan klub barunya punya prestasi mentereng. Pengalaman membuktikan.
Datang ke Inter Milan, misalnya, pada 2008–2009, Mourinho membawa Nerrazurri menjadi juara. Malah, dia berhasil membawa klubnya itu meraih treble dua musim berikutnya.
Pun ketika balik kembali ke Chelsea pada 2013–2014, dia berhasil membawa Chelsea finis di urutan ketiga dengan selisih empat poin saja dengan sang juara, Manchester City.
“Luar biasa. Padahal, saya pikir kami baru bisa mencapai posisi itu di musim kedua nanti,” kata Mou ketika itu. Semusim berikutnya, Chelsea menjadi juara.
Datang ke Old Trafford pada musim ini, Jose Mourinho ternyata bernasib berbeda. Hingga pekan ke-11, pasukan Setan Merah hanya bercokol di posisi keenam dengan selisih yang menganga dengan pemuncak klasemen, Liverpool: delapan poin.
Padahal, materi pemain Setan Merah tidaklah buruk. Saat datang, mereka hanya perlu empat pemain di setiap lini. Zlatan Ibrahimovic di depan, Henrikh Mkhitaryan dan Paul Pogba di tengah, dan Eric Bailly di depan kiper. Belanja yang tidak sedikit tentu saja.
Tapi ada apa yang terjadi dengan Manchester United?
Inilah yang kini dikabarkan media di Inggris tengah dicari penyebabnya oleh manajer asal Portugal tersebut. Semua berawal dari kekecewaan Mourinho terhadap dua pemain belakangnya, Chris Smalling dan Luke Shaw.
Ahad pekan lalu, ketika bersiap melawan Swansea, dua pemain ini mendatanginya dan meminta izin untuk tidak dimainkan. Mereka datang dengan berbagai alasan.
“Chris bilang dia tidak dalam kondisi 100 persen. Shaw mengabarkan dia tidak bisa bermain,” kata dia seusai pertandingan yang dimenangi dengan skor 3-1 itu.
Mourinho mengaku kecewa terhadap dua pemain itu. Kata dia, keduanya tidak memiliki komitmen penuh terhadap klub tempatnya bekerja.
“Saya kira atlet mana pun di dunia ini, jarang sekali turun ke lapangan dalam kondisi yang benar-benar sempurna,” kata dia. Mou pun menyebutkan banyak atlet, termasuk para pemain tenis.
Kekecewaan ini mendapatkan dukungan dari Alan Shearer, legenda timnas Inggris. “Betul. Pemain sepak bola jarang sekali yang turun ke lapangan dengan kondisi 100 persen,” kata dia, merujuk pada pengalamannya sendiri saat berkarier.
Namun tak semua setuju. Selain Gareth Southgate—pelatih timnas Inggris yang juga tidak sependapat dengan Mou—Rabu lalu Ketua Asosiasi Pemain Sepak Bola Professional Gordon Taylor juga menyatakan kekecewaannya terhadap kritik yang disampaikan Mou secara terbuka tersebut. Semestinya semua itu disampaikan di ruang ganti, bukan diobral ke publik.
Tapi bukan Mou namanya kalau dia lantas berhenti. Dikritik seperti itu, Mou malah terus melaju. Menurut kabar, di Inggris kini dia membedah isi perut klub.
Mou ingin tahu semua yang ada di Old Trafford yang membuat timnya ini tampil angin-anginan. Langkah pertama adalah soal kebugaran pemain.
Sebabnya, banyak sekali pemainnya yang mengalami cedera. Sejauh ini, dia kehilangan sekitar 10 pemain dalam 30 laga yang sudah dimainkannya. Pada waktu sama, yakni 17 pekan di Liga Primer saat menangani Chelsea musim lalu, dia hanya mendapatkan enam pemain yang mengalami cedera. Selebihnya sehat walafiat.
Selajutnya: Bayangan dan nasib buruk di Chelsea
<!--more-->
Kondisi fisik pemain Manchester United bukan sekali ini saja menjadi masalah. Ketika David Moyes datang menggantikan Sir Alex Ferguson pada 2013, banyak pemain mengeluhkan gaya latihannya yang keras. Salah satunya adalah Robin van Persie—yang performanya menurun sejak klub itu dipegang oleh Moyes.
Pemain Belanda itu kerap mengalami cedera dan lambat laun ketajamannya menurun. Ketika Louis van Gaal datang, kondisinya tak beranjak membaik. Padahal saat menangani timnas Belanda, keduanya tampil hebat.
Di Piala Dunia 2014 di Brasil, Van Persie menjadi salah satu gacoan Belanda. Satu aksinya yang menawan adalah golnya ke gawang Spanyol yang mereka bantai dengan skor 5-1. Namun sepulang ke Inggris dan bekerja sama di Old Trafford, bekas pemain Arsenal itu hanya bertahan semusim. Setelah itu, dia dilempar ke Fenerbahce.
Situasi yang berbeda terjadi saat klub itu dilatih oleh Sir Alex Ferguson. Nyaris tak pernah terdengar soal pemain yang mengeluhkan cara latihan yang diterapkannya selama 26 tahun Ferguson menangani klub itu. Persoalan fisik, apalagi kemudian menyebabkan melemahnya komitmen pemain seperti yang dikeluhkan Mou, tak pernah terdengar.
Seorang pemain di masa Ferguson pernah mengungkapkan soal sosok sang manajer. “Jangankan melihat orangnya, dengar dengus napasnya saja kami sudah takut,” kata pemain yang tidak disebutkan kepada sebuah media di Inggris.
Ferguson yang telah berada di Old Trafford hampir tiga dekade memang membuat pemain menjadi ingin tampil lebih di hadapannya. Tak ada yang mau main-main. Semuanya total dalam bermain.
Bila bermain buruk, mereka akan menemui hair dryer treatment yang terkenal itu. Kata-kata omelan akan meluncur dari mulutnya dalam jarak yang teramat dekat. “Rambut pun bisa kering karenanya,” kata Mark Hughes, bekas pemain United.
Sosok Ferguson itulah yang kini belum ditemukan dalam tiga orang penggantinya. Setelah Moyes dan Van Gaal gagal, kini Mourinho sepertinya harus berjuang keras untuk menjelma menjadi Ferguson baru—yang membuat para pemain segan.
Itu juga sebabnya ketika Mou menelisik buruknya fisik para pemainnya banyak yang meragukan apakah cara itu benar-benar merupakan usahanya mengembalikan kehebatan United pada musim pertamanya.
Mou sendiri yang tahu. Namun, dengan mengumbar ke publik mengenai kelemahan para pemainnya, banyak yang khawatir terhadap tindakan Mourinho kali ini. Jangan-jangan ini adalah cara Mou mencari kambing hitam dari kegagalannya menciptakan skuad yang kuat di klub barunya.
Di Chelsea ia pernah melakukan kesalahan itu. Pemain-pemain yang berjasa memberikan gelar di musim keduanya tiba-tiba dia serang dengan cara-cara serupa yang kini dilakukan di Old Trafford.
Pemain hebat toh juga manusia. Tak semua bisa menerima kritik terbuka seperti itu. Saat terus dioyok-oyok, salah satunya dengan menyebut beberapa pemain tidak bermain dengan baik, Chelsea benar-benar terpuruk. Hingga akhirnya pemecatan pun menimpanya.
Empat bulan berada di Old Trafford, Mourinho sudah menyebutkan beberapa pemain yang tak membuat nyaman. Mereka adalah Luke Shaw, Chris Smalling, dan Henrikh Mkhitaryan yang dibeli mahal dengan harga 26 juta pound sterling.
BBC | MIRROR | DAILYMAIL | IRFAN