Pesepakbola Persib Bandung, Juan Carlos berebut bola dengan pemain Mitra Kukar, Michael Yansen Orah pada Turnamen Piala Bhayangkara Grup A, Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 17 Maret 2016. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
TEMPO.CO, Tenggarong - Mitra Kukar, salah satu peserta Liga 1 tidak menyoalkan keputusan PSSI yang akan menghapus regulasi yang mewajibkan setiap klub memainkan pemain U-23. Sebelumnya PT Liga Indonesia hanya menunda pemberlakuan aturan tersebut hingga SEA Games 2017 berakhir.
“Aturan yang mewajibkan klub menurunkan pemain U-23 harus dihilangkan agar nilai kompetisi Liga 1 meningkat,” ujar Direktur Operasional Mitra Kukar Suwanto kepada Tempo di Tenggarong, Kamis, 13 Juli 2017.
Menurut Suwanto, dengan pencabutan regulasi itu maka aturan Liga I akan sesuai dengan ketentuan AFC dan FIFA. Mitra Kukar tidak perlu lagi pusing menentukan siapa pemain yang akan diturunkan. Dampak dari aturan itu, “Zulham Zamrun pergi ke klub lain karena regulasi itu membuat dia jarang mendapatkan jam bermain. Seandainya dia tidak pergi, ini kesempatannya bermain,” kata Suwanto.
Pelatih Kepala Mitra Kukar Jafri Sastra juga tidak terpengaruh dengan kewajiban bagi klub memainkan pemain U-23. Bagi Jafri, penundaan atau pencabutan atau tidak menguntungkan atau merugikan klub yang diasuhnya.“Tidak ada untung dan ruginya. Kita sudah terbiasa menggunakan 5 pemain U-23 di Piala Jenderal Sudirman dan Piala Presiden,” katanya kepada Tempo, kemarin.
Jafri tidak ingin berpolemik dengan pelatih klub lain yang mengkritik penonaktifan regulasi pemain U-23. Menurutnya, aturan itu sangat tergantung pada kesiapan klub menghadapi berbagai kemungkinan.“Itu tergantung pelatih masing-masing saja. Yang merasa dirugikan mungkin tidak melakukan persiapan dari awal,” katanya.