TEMPO.CO, Jakarta - Nuansa merah adalah salah satu atmosfir yang diciptakan pendukung tim Liverpool FC sebelum dan selama pertandingan pertama babak perempat final Liga Champions di Stadion Anfield, Liverpool, Kamis dinihari 5 April 2018.
Baca: Liga Champions: Bus Man City Dilempar, Liverpoool Minta Maaf
Tapi, tidak sekadar nuansa merah beserta asap kembang api, nyanyian, dan keriuhan suporter, dukungan suporter Liverpool diyakini memberikan sumbangan besar kepada tim asuhan manajer Jurgen Klopp untuk menumbangkan Liverpool 3-0.
Beberapa pemain Manchester City menegaskan pelemparan botol dan kembang api terhadap bus tim yang mereka tumpangi sebelum memasuki stadion tidak berdampak kepada mental bertanding mereka.
Tapi, ada yang berpendapat, tindakan suporter sejati Liverpool mapun yang bersimpati terhadap klub berjuluk Reds itu berperanan menciptakan situasi yang menekan pemain City. Dalam situasi tegang, mereka menerima berondongan serangan pemain Liverpool pada babak pertama. Ketegaran mereka ambrol dan kebobolan tiga kali.
“Atas nama Liverpool, saya minta maaf,” kata Jurgen Klopp atas insiden pelemparan bus tim Manchester City.
Manajer City, Pep Guardiola, sudah menerima permintaan maaf koleganya itu. “Itu bukan pendukung Lievrpool yang sejati. Hanya dua-tiga orang. Saya berharap hal itu tak terjadi lagi,” kata Guardiola.
Bus tim pertama yang datang adalah Manchester City yang disambut dengan keriuhan dan insiden pelemparan. Setelah itu datang bus Liverpool yang disambut dengan keriuhan, asap merah, dan nyanyian pujian.
Ketika persiapan tim-tim dalam pertandingan sepak bola profesional semakin dilakukan secara ilmiah, faktor-faktor nonteknis seperti dukungan menggebu suporter Liverpool ini diyakini tak bisa disepelekan. Hal ini terutama pada segi mental.
Pada Rabu malam itu atau Kamis dinihari waktu Indonesia, para suporter Liverpool sudah datang tiga jam sebelum pertandingan. Mereka seperti membanjiri kawasan di seputar Stadion Anfield.
Dua jam sebelum pertandingan, sudah begitu banyak kembang api dan asap memenuhi langit di atas Anfield.
City datang ke Anfield dengan posisi lebih superior. Sang tamu, misalnya, sudah tinggal membutuhkan satu kemenangan lagi dalam tujuh laga tersisa untuk menjuarai Liga Primer Inggris.
Adapun harapan pendukung Liverpool untuk menyaksikan tim pujaannya meraih gelar juara tinggal di Liga Champions. Dan, mereka tahu the Reds punya sejarah jauh lebih baik di kejuaraan utama antarklub Eropa itu dibandingkan City.
Guardiola tahu tentang reputasi Liverpool di Liga Champions dan atmosfir di Anfield setiap kejuaraan antarklub Eropa berlangsung di sana. Tapi, ia mungkin tak menduga betapa makin hebat dan kian menegangkannya situasi di sana buat lawan-lawannya.
Baca: Liga Champions: Liverpool Vs Man City 3-0, Ada 7 Fakta Menarik
Thomas Tuchel ketika menangani Borussia Dortmund dua tahun lalu mengalami kekalanan dalam Liga Europa di Anfield. Situasinya mirip. “Seolah-olah orang banyak tahu apa yang akan terjadi,” kata Tuchel.
THE NEW YORK TIMES | BBC | ESPN