TEMPO.CO, Yogyakarta - Status tersangka yang diberikan Satgas Antimafia Sepak Bola Mabes Polri kepada Pelaksana Tugas Ketua Umum PSSI Joko Driyono alias Jokdri sejak Jumat, 15 Februari 2019, membuat pengurus PSSI DIY ikut gerah.
“Kami sayangkan dengan kondisi (Jokdri tersangka) itu, tapi jangan sampai mengorbankan agenda yang sudah direncanakan PSSI,” ujar Ketua Umum Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI DIY Bambang Giri Dwi Kuncoro saat dihubungi, Sabtu 16 Februari 2019.
Bambang menuturkan, pasca Jokdri menjadi tersangka dikhawatirkan seluruh kegiatan PSSI dibekukan. Hal ini menurutnya justru bakal kontra produktif karena masih banyak agenda yang berkaitan dengan PSSI seperti pelaksana Liga (1,2,3), Piala Indonesia, serta Piala Presiden.
“Pembekuan PSSI tak perlu sampai terjadi, kan masih ada beberapa anggota Exco (Komite Eksekutif), mereka tinggal menghubungi para pemilik suara kembali berkumpul dan memberikan suara untuk menunjuk siapa pengganti Jokdri,” ujar Bambang.
Bambang menilai jika penetapan tersangka Jokdri kemudian membuat PSSI lumpuh, dampaknya bakal lebih merugikan.
“Tetap berpikir positif saja, kegiatan masih bisa berlangsung, tinggal sekarang mau menyelamatkan yang mana, menurut kami segera tunjuk Plt baru saja,” ujarnya.
Asprov DIY sendiri mengakui ikut prihatin dengan kondisi induk sepakbola tanah air itu yang saat ini terus disorot terkait dugaan praktik mafia bola.
“Tapi, kami mendukung langkah Satgas Anti Mafia bekerja penuh, sehingga tubuh PSSI bisa kembali sehat dan profesional,” ujarnya.
Bambang sendiri mengaku pada hari Jokdri menjadi tersangka, pihaknya sudah siap bertolak ke Jakarta untuk melakukan pertemuan. Agenda pertemuan dengan Jokdri untuk membahas ihwal kabar rencana Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI yang akan dilakukan sejumlah pemilik suara atas kondisi Asprov DIY yang dinilai mati suri selama hampir setahun terakhir. “Karena situasinya seperti itu (Jokdri menjadi tersangka) ya kami batalkan rencana bertemu dengannya,” ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO