TEMPO.CO, Jakarta - Lima hari sebelum pemilihan umum dilaksanakan pada 17 April 2019, pertandingan babak final pertemuan kedua Piala Presiden bisa memanaskan suasana jika yang bertemu itu adalah Arema FC melawan Persebaya Surabaya. Demikian juga dengan final pertemuan pertama pada 9 April.
Sudah lama suporter Arema FC, Aremania, dan pendukung Persebaya, Bonek, terlibat dalam rivalitas yang sengit. Dan, ini yang penting: rivalitas itu punya sejarah kelam dalam sejarah persepakbolaan Indonesia.
Jadi bisa dibayangkan, bagaimana sibuk dan repotnya panitia pelaksana pertandingan bersama aparat keamanan nanti di Stadion Kanjuruhan, Malang, maupun Gelora Bung Tomo, Surabaya, kalau nantinya Arema FC dan Persebaya berhasil menembus final.
Sikap dan tingkah-laku suporter bisa jadi jauh berubah dan mereka tentu punya keinginan kuat untuk itu. Tapi, bayang-bayang masa lalu tetap menghantui. Dulu ada kesepakatan, kalau Persebaya main di Malang, Bonek dilarang masuk kota itu demi mencegah kerusuhan. Begitu juga sebaliknya.
Tapi, di atas kertas, keduanya memang berpeluang bertarung dalam pertemuan derby Jawa Timur pada turnamen pramusim Liga 1 Indonesia 2019 ini berdasarkan hasil pada pertemuan semifinal di Stadion Kanjuruhan dan Gelora Bung Tomo. Arema FC mengalahkan tamunya, Kalteng Putra, 3-0 dan Persebaya menang tipis 1-0 dari Madura United.
Arema FC dalam kondisi kepercayaan diri yang tinggi. Di situs pssi.org, pelatih asal Bosnia, Milomir Seslija, menyebut anak asuhnya sedang memeragakan sepak bola terbaik di Indonesia saat ini.
Penilaian disampaikan mengacu keberhasilan Singo Edan menjungkalkan Kalteng Putra pada semifinal pertama, Selasa lalu. Gol Singo Edan dicetak Ricky Kayame, Hanif Sjahbandi, dan Dedik Setiawan.
"Pemain melakukan recovery bagus dalam waktu istirahat yang kami punya. Mereka ciptakan banyak peluang dan bermain lebih baik daripada saat lawan Bhayangkara," ucap Seslija.
"Tentu saya berharap Arema terus berada di trek yang benar apalagi sekarang Arema memainkan sepak bola terbaik di Indonesia saat ini," Milo, sapaan akrab Milomir Seslija, melanjutkan. "Sebenarnya Arema bisa cetak 3-4 gol lagi. Yang penting sekarang kami harus lanjutkan ini," tegas Milo.
Pemain Persebaya Manuchehr Jalilov (kanan) dan pemain Madura United, Asep Berlian, pada semifinal pertama Piala Presiden 2019 (persebaya.id)
Persebaya pun demikian. Setelah menang tipis 1-0 melawan tim bertabur bintang, Madura United, pelatih Persebaya, Djadjang Nurdjaman, bertekad mempertahankan tren kemenangan pada semifinal kedua di Pamekasan, Madura.
”Kemenangan 1-0 patut disyukuri. Saya mengajak pemain menikmati hasil ini,” kata Djadjang Nurdjaman dalam konferensi pers seusai pertandingan. ”Untuk laga berikutnya, di Madura, kita ingin menang, untuk mengamankan tiket ke final,” kata Djadjang Nurdjaman yang membawa Persib menjuarai Piala Presiden 2015.
Duel Arema FC dengan Persebaya memang berpotensi membuat klimaks yang paling menghebohkan dalam Piala Presiden. Tapi, Kalteng Putra dan Madura United juga punya peluang besar untuk membalikkan keadaan karena pada akhir pekan ini, keduanya giliran menjadi tuan rumah.
Tapi, siapapun yang berhadapan di final, panitia pelaksana Piala Presiden 2019 dan aparat keamanan memang mesti bekerja keras untuk memelihara situasi kondusif dalam model final baru turnamen pramusim ini, yaitu kandang dan tandang.
Final Liga Champions Eropa hanya sekali, setelah pertandingan kandang-tandang mengisi babak sudden-death dari 16 besar sampai semifinal. Demikian juga final Liga Europa. Tapi, Piala Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF) memakai sistem final home & away seperti Piala Presiden 2019 ini.
Massa yang lebih besar dan durasi pesta yang lebih lama bisa digaet dengan sistem final tandang-kandang. Tapi, pengamanannya juga butuh kerja ekstrakeras.
Jika naik kereta api menuju Malang, Jawa Timur, lewat jalur utara selepas Blitar, di sebuah dinding sebelah kanan salah satu stasiun, tertulis ucapan selamat datang dari suporter Arema dan juga acapan “peringatan” buat pendukung Persebaya.
Tulisan atau coretan di dinding itu sudah lama. Mungkin dan semoga saja sudah dihapus dengan baluran cat putih. Tapi, bisa dibayangkan mengapa salah satu dari derby Jawa Timur ini, Arema FC melawan Persebaya, selalu menghebohkan.