TEMPO.CO, Jakarta - Sudah lama PSIS Semarang tidak punya pemain yang mencuat di tim nasional Indonesia. Padahal pada era 1986-1990 ada sosok pemain dari tim berjuluk Mahesa Jenar ini yang bersinar di tim Merah-Putih, yaitu mendiang gelandang Ribut Waidi. Ia melegenda ketika membawa PSIS menjuarai Kompetisi Perserikatan PSSI 1987 dengan mengalahkan Persebaya 1-0 di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Gol tunggal itu dicetak Tugiyo, Diego Maradona-nya PSIS Semarang yang kemudian juga sempat masuk tim nasional. Tapi, Ribut kemudian menjadi lebih fenomenal ketika menjadi pencetak gol kemenangan 1-0 Indonesia melawan Malaysia pada final SEA Games 1987 di tempat yang sama, Gelora Bung Karno.
Kini adalah satu pemain PSIS Semarang kembali mendapatkan kepercayaan dari tim nasional Indonesia untuk mengikuti pemusatan latihan. Ia adalah gelandang Arthur Barrios Bonai.
Pemain asal Papua dan adik dari mantan pemain tim nasional Indonesia, Titus Bonai, ini dipanggil oleh tim nasional untuk menghadapi Yordania dan Vanuatu, 11 serta 15 Juni 2019.
Pertadingan tersebut masuk dalam rangkaian laga persahabatan internasional yang diagendakan badan sepak bola dunia, FIFA, pada Juni mendatang dan menentukan posisi terakhir masing-masing tim dalam peringkat mutakhir FIFA.
Pemusatan latihan di Cikarang akan diadakan pada 30 Mei-16 Juni 2019. Arthur akan berangkat menuju ke Cikarang pada 31 Mei setelah melawan Persebaya di Gelora Bung Tomo, Surabaya, malam nanti, Kamis 30 Mei, pada pekan ketiga Liga 1 2019.
“Pertama, saya mengucap syukur kepada Tuhan karena masih diberi kesehatan dan kekuatan, sehingga saya bisa bermain dengan baik dan kembali dipanggil timnas. Pasti saya akan memberikan yang terbaik,” kata pemain berusia 26 tahun itu, Rabu lalu, di situs PSIS.co.id.
Arthur merajut kembali hubungan PSIS Semarang dengan tim nasional. Tempat kelahiran dan kiprahnya di Persiwa Wamena, Persija, serta Perseru Serui juga menegaskan kembali potensi kekuatan tim Indonesia dari keberagaman sukubangsanya.
Peran pemain asal Papua selepas era Boaz Solossa dan kawan-kawan di tim nasional Indonesia agak meredup sekarang.
Padahal, mereka dulu dikenal sebagai salah satu tempat lahirnya bibit-bibit pesepakbola berbakat. Almarhum pelatih asal Belanda, Wiel Coerver, misalnya. Saat mempersiapkan tim Indonesia mengikuti kualifikasi ke Olimpiade 1976, ia sempat meluang waktu khusus untuk beberapa lama berada di Papua.
Kini kemunculan Athur Bonai di PSIS Semarang mengingatkan kembali kepada potensi Papua dan suku-suku yang ada di Nusantara ini untuk membentuk tim nasional sepak bola Indonesia yang tangguh.
Di jejaring media sosial, Twitter, resmi Persipura Jayapura pada 22 April lalu, tertulis seperti ini: "Padahal, di saat politik memecah belah bangsa, justru dengan sepak bola, persatuan itu bisa dirawat kembali.”