TEMPO.CO, Jakarta - Hampir dua tahun berlalu sejak Piala Dunia 2018 digelar pada 14 Juni-15 Juli dan meninggalkan ingatan tentang sejumlah kendala yang menghadang menyongsong pergelaran dan kejutan-kejutan yang terjadi di dalamnya.
Nama Rusia sebagai tuan rumah sempat menimbulkan gelombang kecemasan dan stigma yang buruk terhadap kampanye promosi Piala Dunia 2018.
Tapi, sebagaimana cerita-cerita negatif soal Polandia ketika menjadi tuan rumah Euro 2012 bersama Ukraina, pergelaran di lapangan sepak bola dan pesta di sekelilingnya akhir bisa berjalan lancar dan menyenangkan.
Yang paling mengemuka menjelang Piala Dunia 2018 di Rusia adalah cerita-cerita desas-desus bahwa Vladimir Putin akan menggunakan segala kekuatannya untuk menjadi tim nasionalnya menjadi juara Piala Dunia.
Pada kenyataannya, tim nasional sepak bola Rusia memang tampil mengejutkan. Tapi, mereka berjalan pada koridor yang sesungguhnya di lapangan sepka bola. Mereka tampil terhormat dan mendapat sambutan dari pendukungnya ketika gagal menembus semifinal.
Rusia kalah adu penalti 2-4 dari Kroasia pada babak perempat final. Segala cerita yang terjadi sebelum pergelaran, bahwa mereka akan menggunakan segala cara untuk mengusahakan timnya mencapai final terpatahkan.
Hal ini berbeda misalnya dengan Argentina ketika menjadi tuan rumah Piala Dunia 1978. Banyak terjadi kejadian-kejadian di luar dugaan, sebelum Mario Kempes dan kawan-kawan mengalahkan tim Belanda melalui babak perpanjangan waktu.
Juara bertahan Jerman langsung tersingkir pada babak awal, melejitnya Kroasia ke final, suksesnya Inggris –yang di awal mencemaskan soal fair play di Rusia menembus semifinal untuk pertama kali sejak 1990.
Pada Piala Dunia 2018 di Rusia ini perangkat video assistant referee (VAR) yang membantu kinerja wasit untuk pertama kali diterapkan oleh badan sepak bola dunia, FIFA, di pertandingan internasional.
Segala citra buruk tentang Rusia yang diangkat sebelum pergelaran Piala Dunia 2018 dari dugaan keterlibatannya dalam penembahan pesawan MH17, keterlibatannya dalam perang Suriah, invasi mereka ke Crimea 2014 dan Georgia 2008 tak bisa menghalangi Piala Dunia 2018 berlangsung sukses dan sportif.