"Kami selalu membandingkannya dengan Maradona, yang menjuarai Piala Dunia 36 tahun lalu. Sejak saat itu, kami belum pernah menang lagi. Semua orang mengatakan dia harus menjuarai Piala Dunia untuk mencapai status Maradona dan banyak orang, seperti saya, berpikir jika ia gagal, dia tidak cocok bersanding dengannya," kata Franchini mengenang peran sentral Maradona membawa Argentina juara Piala Dunia 1986.
Di Qatar, edisi Piala Dunia kelimanya, Messi telah menjadi jantung utama skuad Argentina, Ia memiliki peluang yang sama baiknya dengan Maradona untuk mengangkat trofi. Di stadion, di bar, di taman-taman, dan di rumah, para penggemar telah menyatakan dukungannya untuk Messi dalam tiga pertandingan awal fase grup. Ia akan memimpin timnas Argentina untuk melawan Australia pada babak 16 besar. (Baca juga: Prediksi Argentina vs Australia di Piala Dunia 2022)
Dua Wajah Lionel Messi
Banyak spanduk meletakan wajah Messi dan Maradona dalam satu gambar yang sama. Beberapa menggambarkan mendiang pemain nomor 10 itu tersenyum dari surga kepada Messi, ahli warisnya dalam sepak bola.
Messi sendiri mengangkat moral rekan satu tim setelah kekalahan mengejutkan dari Arab Saudi pada partai pembuka. Ia memimpin rekan satu tim di lapangan dan di ruang ganti untuk mengalahkan Meksiko dan Polandia. "Setelah Copa America, dia tampak lebih tenang, dia lebih santai, menikmati permainannyanya," kata penggemar lainnya, Facundo Moreno, 39 tahun.
Ia menambahkan, “Bagi saya, Messi selalu merasakan dan melakukan segalanya untuk timnas, dari pertandingan pertamanya hingga sekarang. Dia idola saya. Maradona dan dia memiliki kepribadian yang sangat berbeda, tetapi di lapangan mereka berdua melakukan hal yang sama."
Diego Maradona dan Lionel Messi. AP/Ricardo Mazalan
Marcelo Sottile, seorang jurnalis olahraga dan penulis biografi Messi, El Distinto, mengungkapkan ada kesenjangan generasi di antara Messi dan Maradona. "Ada kesenjangan generasi di antara mereka yang mengingat dan menghormati Maradona dan penggemar yang lebih muda yang tidak terlalu berprasangka buruk terhadap Messi," kata dia.
"Saya memiliki seorang putra berusia 18 tahun yang tidak pernah mempertanyakan Messi, yang tidak pernah mengatakan bahwa, 'kamu bermain bagus untuk Barcelona tetapi tidak untuk Argentina'. Messi menderita karena menjadi bintang yang dihormati di Barcelona tetapi sering mendapatkan serangan di Argentina."
Sottile menambahkan, "Orang-orang menuntut lebih banyak dari Messi karena dia hadir untuk bersaing dan menyaingi Maradona. Selama 15 tahun terakhir, dia termasuk di antara tiga pemain terbaik di dunia. Anda harus memuji seorang pemain dengan konsistensi itu, tapi sayangnya, dia harus menang di sini karena di Argentina kemenangan adalah yang terpenting."
Baca juga: Jadwal Piala Dunia 2022: Skenario Final Ideal Ronaldo vs Messi Mungkin Terwujud