Menjaga identitas Tulehu
Tiap hari, tepat pukul 15.00 WIT, anak-anak di Tulehu berbondong-bondong mendatangi lapangan sepak bola yang mereka biasa menyebutnya Tarembal Matawaru.
Suatu sore, legenda Persebaya Surabaya era 1990 dan 2000-an, Rachel Tuasalamony, tengah bersiap-siap di samping lapangan dengan seluruh peralatannya untuk melatih anak-anak tersebut.
Tujuan Rahel untuk melatih anak-anak Tulehu adalah membentuk anak-anak Tulehu menjadi pemain sepak bola profesional yang bisa dilirik klub-klub besar Indonesia . "Kami fokus melahirkan pemain berbakat dari kampung ini. Jangan sampai hilang identitas Tulehu yang melahirkan pesepak bola profesional," ucap Rahel.
Semangat bermain bola seakan melekat pada anak-anak Tulehu. Jauh sebelum mereka tumbuh besar, orang tua mereka ketika upacara aqiqah, di antara perlengkapannya menggunakan rumput lapangan sepak bola. Upacara seperti aqiqah seperti pada umumnya, namun air dan rumput yang dipakai berasal dari Wailatu serta Tarembal Matawaru.
Dengan begitu, para orang tua mereka berharap kelak anak-anaknya akan menjadi pesepak bola terkenal seperti pendahulunya. "Di Tulehu kalau bukan jadi pemain bola, ikut seleksi TNI/POLRI," kata salah satu punggawa Bali United dari Tulehu, Sidik Saimima.
Warga Tulehu seperti mendedikasikan hidupnya untuk sepak bola. Bukan hanya aqiqah pada bayi, namun kompleks pemakaman tak jauh dari Tarembal Matawaru itu sendiri, jaraknya hanya 10 meter dari lapangan.
Akhir pekan di Tulehu rasanya seperti sedang ada kompetisi sepak bola. Pasalnya, ratusan pemain bola dari seluruh Pulau Ambon berdatangan untuk "bersilaturahmi" sepak bola di Tarembal Matawaru.
Bahkan, pada saat Ramadhan, tradisi bermain bola yang diakhiri dengan adzan Maghrib pun seperti menjadi rutinitas di kampung yang bertetangga dengan Desa Waai itu. Puncaknya, pada saat momentum perayaan Idul Fitri.
Pagi usai menjalankan shalat Ied, mereka bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan seperti pada umumnya. Pada sore hari, seluruh pemain sepak bola asal Maluku yang merumput di Liga 1, Liga 2, maupun Liga 3 Indonesia, akan bermain satu lapangan dalam laga amal.
Nama-nama seperti Sidik Saimima, Alfin Tuasalamony, Ramdani Lestaluhu, Rivat Marasabessy, dan lain sebagainya berkumpul untuk merayakan Idul Fitri lewat sepak bola.
Laga bertajuk Idul Fitri games itu mengundang pecinta sepak bola dari seluruh penjuru Maluku untuk datang langsung dan menyaksikan punggawa sepak bola nasional di Tarembal Matawaru.
Warga setempat biasanya mematok tiket yang variatif, dan hasilnya akan digunakan untuk pembinaan sepak bola di kampung tersebut serta disumbangkan untuk Masjid Raya Tulehu.
Sementara itu, terkait dengan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI yang telah selesai dan menetapkan Erick Thohir sebagai Ketua Umum periode 2023-2027, masyarakat Tulehu menaruh harapan baru bagi persepakbolaan tanah air.
Ketua Asprov PSSI Maluku, Supyan Chang Lestaluhu mengatakan saat ini Indonesia memasuki era baru sepak bola. Erick Thohir yang merupakan mantan Presiden Klub Serie A Inter Milan itu akan menghadapi banyak tantangan dan pekerjaan besar sejak saat ia terpilih,
Tantangan tersebut termasuk di antaranya bagaimana mengembangkan dan memajukan sepak bola dari timur maupun menemukan 11 pemuda Indonesia yang bisa mengguncang dunia dari sepak bola.
"Ya, cahaya dari timur. Beta Maluku, harapan sepak bola dari kampung Tulehu. Harapannya, semoga beliau bisa kembali melibatkan anak-anak Maluku di timnas asuhan Shin Tae Yong," ujar seorang tokoh sepak bola Tulehu, Rahel Tuasalamony.
Pilihan Editor: Mahfud MD Ingatkan Erick Thiohir Soal Pasar Gelap Sepak Bola