TEMPO.CO, Malang - Kehidupannya Cholifatul Nur, 40 tahun, berubah total sejak kehilangan anak semata wayangnya Jovan Farellino Yuseifa Pratama Putra, 15 tahun, dalam Tragedi Kanjuruhan setahun lalu.
Sebagai orang tua tunggal, Jovan, merupakan segalanya bagi Cholifatul yang akrab disapa Ifa. “Jovan segala-galanya. Tak tergantikan. Dia anak satu-satunya. Percuma saya bekerja, tak ada Jovan. Tak yang memotivasi hidup,” kata dia, Kamis, 21 September 2023.
Semua berubah, kata dia, setelah peristiwa itu. Ia tak memiliki semangat dan motivasi hidup. Jovan menjadi tumpuan dan harapan hidupnya. Menurut Ifa, Jovan bukan suporter fanatik Arema FC. Namun, lebih menyukai olah raga bulu tangkis dan berprestasi mengikuti sejumlah kompetisi.
Menonton Arema, ia mengungkapkan, itu hanya iseng. Pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1 pada 1 Oktober 2022 merupakan kali ketiga menonton di stadion bersama teman-teman sekolah di SMA Negeri 1 Bululawang. “Baru beli kostum. Dulu tidak kenal Arema. Tiga tahun setelah pindah Malang mulai menyukai sepak bola,” katanya.
Jovan membeli tiket dua pekan sebelum pertandingan. Ifa sempat melarang Jovan menonton lantaran turun hujan. Namun, Ifa luluh mengizinkan Jovan menonton karena sekolah libur setelah ujian sekolah. “Saya telepon beberapa kali, berpesan agar hati-hati,” katanya.
Usai pertandingan, Ifa menerima telepon dari teman Jovan jika anak semata wayangnya terkena gas air mata. Akhirnya, ia berangkat sendirian ke stadion Kanjuruan. Pukul 22.20 WIB, ia menerobos masuk stadion. Sedangkan di luar stadion, gas air mata membumbung menutup area stadion.
Ifa menemukan Jovan terbujur kaku di tribun VIP. Kondisi wajah menghitam, mulut mengeluarkan busa dan pergelangan tangan menghitam. Sedangkan retina mata berwarna merah. “Saya tak bisa menerima kenyataan, anak saya tak bisa dihidupkan lagi. Mau tidak mau harus ikhlas,” katanya.
Lantas Ifa membawa jenazah Jovan ke RS Wava Husada. Namun, ia tak percaya rumah sakit dipenuhi para penyintas. Kendaraan, ambulans hilir mudik mengangkut para penyintas. “Jenazah ditumpuk dalam bak truk. Penuh,” kata Ifa.
Kini, setiap hari pada pagi atau sore Ifa ziarah ke pusara Jovan di pemakaman umum Desa Kasembon, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Aneka bunga ditanam di atas makam. Sehingga makam Jovan terlihat bagus dan indah dibanding makam lain. Bunga ditanam di atas makam, lantaran Jovan suka aroma harum, dan wangi-wangian. “Agar Jovan senang, di tempat perstirahat terakhir. Dirawat,” katanya.
Pilihan Editor: Apa Kabar Stadion Kanjuruhan Pascatragedi yang Menewaskan 135 Orang Setahun Lalu?