TEMPO.CO, Solo - Yani Mardiyanto, pemilik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kain lukis Nasrafa menceritakan kisahnya berjualan suvenir khusus untuk Piala Dunia U-17 2023. Ia mulai memproduksi cendera mata tersebut sekitar dua pekan lalu, saat turnamen sudah berlangsung. Alasannya, untuk ikut mendukung ajang sepak bola level internasional itu di Indonesia.
"Ini inisiatif saya sendiri kebetulan. Jadi kami selaku kreator Solo kan terusik, ada Piala Dunia di Solo kok kita selaku kreator di Solo ndak memberi sumbangsih apa-apa. Akhirnya kita membuat payung lukis dan topi pandan lukis," ujar dia kepada Tempo, Kamis, 30 November 2023.
Desain dari suvenirnya cukup sederhana dengan memadukan tulisan 'Tuan Rumah' yang dikelilingi beberapa gambar bola. Menurut dia, pemilihan desain tersebut dilakukan untuk menghindari regulasi hak cipta dari FIFA. Meski begitu, dengan bangga dia mengatakan bahwa produknya memiliki keunikan tersendiri, yakni dibuat langsung menggunakan tangan atau handmade.
Produk yang dijajakannya ternyata menarik perhatian orang asing. Yani mengatakan suporter timnas Argentina U-17 membeli payung lukisnya sebelum pertandingan semifinal Piala Dunia U-17 2023 di Stadion Manahan, Solo, Selasa, 28 November. Kala itu, kebetulan dia membuka stand tepat di seberang arena pertandingan.
Owner payung lukis Nasrafa, Yani Mardiyanto saat menyelesaikan pembuatan payung lukis bermotif bola di Sentra IKM Semanggi Harmoni Solo, Jawa Tengah, Kamis, 30 November 2023. Selain membuat souvenir payung lukis, Yani juga membuat topi lukis bermotif bola untuk dijual sekaligus memeriahkan perhelatan Piala Dunia U-17 yang digelar di Kota Solo, Jawa Tengah. TEMPO / Hilman Fathurrahmam W
"Fokus jualannya di online, tapi kemarin pas semifinal saya jualan di Stadion Manahan, di depan SD Kudus," ucapnya. "Waktu buka stand itu yang beli malah orang-orang Argentina. Saya tidak bawa banyak stok waktu itu, tapi mereka beli tiga payung."
Payung lukis Piala Dunia U-17 2023 buatan Nasrafa ini dijual mulai Rp 150-200 ribu. Sedangkan untuk topi pandan dihargai Rp 125 ribu. Dalam satu hari, Yani mengungkapkan, bisa memproduksi masing-masing 10 suvenir dan terjual sekitar 50 persen.
Meski belum maksimal, Yani tak mau ambil pusing. Pria berusia 56 tahun itu berencana melanjutkan produksi suvenirnya dan melakukan ekspor, seperti produk-produk Nasrafa lainnya. Ia mengaku sudah didatangi perwakilan FIFA dan berharap kehadiran mereka dapat mewujudkan harapannya.
"Sebetulnya tujuan kami adalah support. Kalau itu laku saya sangat bahagia dan efeknya nanti bisa dilihat orang, bisa ekspor ke luar negeri, harapan kami seperti itu. Apalagi tadi ada perwakilan FIFA datang dan harapannya mereka tertarik, lalu kami bisa mendukung FIFA dan event sepak bola, baik nasional maupun internasional," ucapnya.
Gelaran Piala Dunia U-17 2023 yang berlangsung di Tanah Air tinggal menyisakan dua pertandingan lagi, perebutan posisi ketiga (1 Desember) dan final (2 Desember). Yani yang tidak mendapatkan booth resmi tidak akan hadir langsung ke stadion. Ia lebih memilih fokus untuk mempromosikan dan menjajakan produknya secara online.
Pilihan Editor: Cerita Ngadiman, Tukang Becak yang Mengantar Warga Asing saat Piala Dunia U-17 2023 di Solo