TEMPO.CO, Jakarta - 38 tahun yang lalu, pada 22 Juni 1986 terjadi momen mengejutkan dalam sepakbola yang menorehkan sejarah yang terus dikenang. Momen tersebut ialah gol “tangan tuhan” yang dilesakkan Diego Maradona.
Gol “Tangan Tuhan” terjadi di Meksiko, tuan rumah Piala Dunia 1986. Hari itu menjadi pembaptisan gol Tangan Tuhan sekaligus menjadi hari yang paling dibenci, bahkan sangat membekas bagi masyarakat Inggris. Kala itu Argentina bertemu Inggris di perempatfinal Piala Dunia Meksiko. Tensi pertandingan berjalan panas sebab kedua kesebelasan ingin sama-sama menahbiskan diri sebagai tim terbaik kala itu.
Paruh pertama berjalan skor imbang tanpa gol tetap bertahan. Maradona kemudian tampil melakukan aksinya yang terus dikenang hingga hari ini. Pada menit ke-51, Maradona coba melakukan penetrasi dari sisi kiri. Ia lalu mengirim umpan ke arah Jorge Valdano dan kemudian bergerak maju memasuki kotak penalti.
Valdano gagal mendapat bola karena Steve Hodge sukses memotong aliran bola itu. Namun upaya Hodge membuang bola justru malah membuat bola mengarah ke mulut gawang. Maradona ada di tempat yang tepat. Namun, Peter Shilton yang berpostur hampir 20 cm lebih tinggi dari Maradona tentu punya keunggulan, termasuk menggunakan tangannya.
Tetapi dalam momen yang cepat itu, Maradona sukses mengantar bola masuk ke dalam gawang. Maradona langsung bersorak dan berlari ke pinggir lapangan, diikuti rekan-rekannya yang lain.
Para pemain Inggris langsung berlarian memprotes keras gol tersebut, namun wasit Ali Bin Naser teguh terhadap keputusannya mengesahkan gol Maradona. "Sebagian karena kepala Maradona dan sisanya dibantu tangan Tuhan," kata Maradona mengomentari golnya itu.
Gol kontroversial tersebut kemudian tajuk utama koran-koran saat itu bahkan popularitasnya tetap terjaga hingga hari ini. Gol tersebut juga menjadi kejadian paling ikonik yang dikenang dari Piala Dunia 1986 ketimbang gelar juara yang diraih Argentina.
Gol Tangan Tuhan itu pula yang membuka jalan Argentina sebagai kampiun Piala Dunia 1986 setelah di final mengalahkan Jerman Barat dengan kedudukan akhir 3-2. Saat gol tangan Tuhan tercipta dan menjadi arsitek kemenangan di final, sebagian penduduk di Argentina kemudian menasbihkan Maradona sebagai Tuhan
Dibuatkan “Gereja Maradona”
Kemahiran dan keajaiban Maradona di dalam lapangan membuat beberapa orang menganggapnya setara dengan dewa atau tuhan. Orang-orang tersebut kemudian membuat Gereja Maradona.
Para jamaah Gereja Maradona menyebut Maradona dengan nama ‘D10S’ yang merupakan plesetan dari kata Spanyol dios yang artinya "Tuhan". Bahkan mengutip americamagazine.org, muncul pemujaan kepada Maradona secara ekstrem dan jamaahnya menggelar ritual khusus.
Gereja ini didirikan oleh tiga fans yang merangkap sebagai acara talk show sepak bola, Hector Campomar, Alejandro Veron, dan Hernan Amez. Mereka menyebut sekte kepercayaan ini dengan ‘Maradonianos’, yang terbentuk dari prinsip logis dan deduktif.
Untuk memahami 'Maradonianos', perlu membedakan konsep agama dan ibadah. Seperti dikutip dari NSS Sports, yang dimaksud dengan penyembahan di Gereja Maradona berarti memuja sesuatu hal suci seperti Tuhan. Oleh karenanya Maradona dalam kondisi tertentu sering dianggap sebagai agamanya. Sementara untuk ibadah di sisi lainnya, dituntut untuk mewakili semua aturan hidup dan semua tindakan iman terhadap entitas ilahi.
Bahkan, salah satu doa di Gereja Maradona si pencipta gol “tangan tuhan” itu meminta untuk memaafkan Inggris. "Diego of us who are on the pitches. Hallowed be your left hand, come to us your magic. Let your goals be remembered on Earth as they are in Heaven. Give us today the magic of every day, forgive the English, as we forgive the Neapolitan mafia, do not let us fall off-side and free us from Havelange and Pele. Diego.
Artinya: Diego dari kami yang berada di atas lapangan. Dikuduskanlah tangan kirimu, datanglah kepada kami sihirmu. Biarkan tujuan Anda diingat di Bumi seperti di Surga. Beri kami hari ini keajaiban setiap hari, maafkan Inggris, seperti kami memaafkan mafia Napoli, jangan biarkan kami jatuh dan bebaskan kami dari Havelange dan Pele.
ANANDA RIDHO SULISTYA | FATHUR RACHMAN | ANTARA
Pilihan Editor: Sejarah Terbentuknya Gereja Maradona, Begini Ritual dan Bacaan Doanya