Kedua tim belum pernah bertemu di kompetisi Eropa. Malah ini kedua kalinya tim yang berasal dari negara yang sama bisa berduel di Liga Europa.
The Dragon--julukan Porto--sukses menyingkirkan Villarreal dengan agregat 7-4 di semifinal lalu. Adapun Braga bisa menekuk "saudara" senegaranya, Benfica. Meski sempat kalah 1-2 di Lisabon, Braga bisa lolos ke final berkat keunggulan gol tandang setelah menang 1-0 pada laga kedua.
Kekuatan utama Porto terletak pada komando pelatihnya, Andre Villas-Boas. Manajer yang kemampuannya disamakan dengan mantan gurunya, Jose Mourinho, itu sukses menerapkan strategi bermain mengalir dan menyerang dengan mensinergikan kekuatan gelandang pekerja keras dan solidnya pertahanan. Hasilnya, pria 33 tahun itu bisa menyumbangkan gelar domestik dan meloloskan timnya ke final Liga Europa di musim pertamanya sebagai manajer.
Ketimpangan kekuatan kedua tim bisa dilihat dari rekor pertemuan keduanya. Porto sukses memetik 92 kemenangan, sedangkan Braga baru bisa mengumpulkan 17 kemenangan dalam 131 kesempatan. Kedua tim pernah bertemu dalam dua final, di Piala Portugal, dan dimenangi Porto, yakni 1-0 pada 1977 dan 3-1 pada 1998.
Villas-Boas berharap timnya meraih akhir cantik. "Kami mungkin saja membayar mahal dengan bermain merebut bola dan membuka peluang mencetak gol, tapi kami tidak akan mengubah permainan itu," katanya.
Ia pun sesumbar bahwa timnya lebih baik "mati" ketimbang bermain dengan strategi berbeda. "Laga final harus dimainkan dengan indah, bukannya membosankan," ujarnya.
Villas-Boas masih akan mengandalkan striker Kolombia, Radamel Falcao, di lini depan. Pemain itu membuktikan kepercayaan pelatihnya dengan mengemas rekor 16 gol dalam semusim kompetisi Liga Europa. Andalan lainnya adalah penyerang Brasil, Hulk, yang juga tengah jadi incaran banyak klub besar.
Adapun Braga menjadi kekuatan kejutan musim ini. Mengandalkan gaya bermain lewat serangan balik, tim besutan Domingos Paciencia itu bisa melaju ke babak penentuan. "Kami sadar telah lolos ke final ketika tidak satu pun yang melihat kami bisa melakukannya. Kami menggunakan status tak diunggulkan sebagai senjata," kata Paciencia, yang akan meninggalkan klubnya setelah menemani mereka di final.
Braga memiliki kekuatan berupa pertahanan yang rapat, bermodalkan pemain-pemain Amerika Selatan dan lokal. Klub itu juga akan dibantu gelandang Hugo Viana dan penyelesaian cantik yang kerap dilakukan striker Brasil, Lima dan Alan.
Perjalanan apik Braga dimulai ketika mengalahkan Celtic dan Sevilla untuk meraih babak penyisihan Liga Champions. Meski kemudian terlempar ke Liga Europa, Braga masih terus membuat kejutan dengan mendepak Liverpool dan Benfica. "Kami tahu Porto bukan lawan enteng, tapi kami telah membuktikan bahwa kami bisa menang siapa pun lawannya," ujar Paciencia.
REUTERS | UEFA | BAGUS WIJANARKO