TEMPO Interaktif, Jakarta - David Beckham mendapati suasana yang lebih berwarna dalam kunjungannya ke Manila, Filipina. Tak seperti di Jakarta, Senin sampai Rabu lalu, yang hanya diwarnai acara pertandingan dan melatih anak-anak, di Manila, pemain Los Angeles Galaxy itu bisa melihat sisi yang lebih manusiawi dari kehidupan masyarakat setempat.
UNICEF, badan PBB untuk anak-anak, mengajak Beckham mengunjungi pusat penampungan anak telantar di kota itu. Kebetulan Beckham sendiri merupakan duta lembaga itu. Kunjungan pada Jumat itu dilakukan secara diam-diam untuk menjaga privasi anak-anak di penampungan itu dari serbuan pers dan penggemar.
Di tempat yang dihuni 136 anak dan remaja terbuang--anak jalanan atau yang kabur karena jadi korban kekerasan di rumahnya--itu Beckham berbagi cerita tentang masa lalunya, juga disuguhi cerita suram anak-anak malang di sana. Ia sempat terpesona saat menyaksikan nyanyian rap seorang penghuni, juga sempat mengajak para penghuni bermain bola.
"Sangat penting untuk memiliki mimpi," kata Beckham, yang hari itu mengenakan kaus UNICEF berwarna hitam. Pemain 36 tahun itu lantas mengisahkan perjuangannya menjadi pemain sepak bola sejak usia 7 tahun hingga akhirnya bermain untuk Manchester United.
Beckham tampak terharu ketika mendengar penderitaan anak-anak remaja itu yang akhirnya harus berujung di tempat penampungan binaan UNICEF.
Conan, penghuni berusia 17 tahun, menuturkan, ia sudah ditinggalkan orang tuanya ketika berusia 7 tahun. Kepada Beckham ia mengungkapkan mimpinya untuk bergabung dengan tim nasional Filipina dan menjadi pelatih. Ia sempat bermain dalam festival sepak bola anak jalanan di sela Piala Dunia 2010 lalu saat Filipina mengalahkan Afrika Selatan 2-1.
Shaina, 12 tahun, tampak sangat terpesona dengan sang bintang. Ia, yang bercita-cita jadi perawat, terus memegang tangan Beckham saat ia dan anak-anak lain menunjukkan fasilitas di tempat itu. Ia sama sekali tak tampak terpengaruh oleh tato yang menghiasi lengan pemain asal Inggris itu.
Beckham kemudian menyaksikan JM, mantan pengguna narkoba berusia 18, menyanyikan sebuah lagu rap dalam bahasa Filipina yang melukiskan bagaimana narkoba menghancurkan kehidupan. Setelah lagu itu diterjemahkan seorang staf UNICEF, Beckham langsung memberi acungan dua jempol, "Sangat bagus!"
Setelah bertemu para penghuni penampungan itu, Beckham merasa beruntung memiliki masa lalu yang lebih baik. "Sangat sedih melihat begitu banyak anak yang tidak memiliki dukungan itu, tidak mendapat kasih sayang," kata ayah dari empat anak ini.
Dalam kunjungan itu, mantan pemain Real Madrid ini sempat mengajak anak-anak dan remaja penghuni tempat itu untuk bertanding sepak bola. Timnya, yang diperkuat kiper tanpa sepatu, saat itu unggul 1-0.
Beckham menilai, meski hidupnya kurang beruntung, para penghuni tempat itu tampak bahagia. "Tiap anak yang saya ajak bicara semua memiliki mimpi dan harapan," katanya.
Ia berharap lebih banyak pusat penampungan serupa di seluruh dunia untuk menolong anak yang tak beruntung. "Saya pikir sangat penting untuk meningkatkan kesadaran pada banyak masalah, banyak kekhawatiran di seluruh dunia," katanya. "Dalam posisi saya, untungnya, saya dapat menciptakan ketertarikan dan kesadaran seperti itu terhadap hal-hal yang terjadi di seluruh dunia."
AP | NURDIN SALEH