TEMPO.CO, Semarang - Manajer PSIS Semarang Wahyu Winarto tak bisa menyembunyikan kegelisahannya. Tak sekali pun ia tersenyum. Sambil mengisap rokok, sesekali matanya menatap tumpukan koran di meja rapat. Rata-rata koran-koran itu memajang foto dirinya terkait dengan hukuman PSSI terhadap PSIS Semarang dan PSS Sleman yang dituduh melakukan praktek sepak bola gajah. Skor 2-3 untuk kemenangan PSS adalah hasil gol bunuh diri semua.
Wahyu Winarto dan pelatih PSIS Eko Riyadi dijatuhi hukuman dilarang beraktivitas dalam persepakbolaan seumur hidup dan denda Rp 200 juta. Empat pemain tim ini, yakni kiper Catur Adi Nugroho, Komaedi, Fadli Manna, dan Saptono, mendapat hukuman larangan bertanding seumur hidup dan denda Rp 100 juta. Ada juga beberapa pemain dan ofisial yang dihukum dan didenda. Bagi PSIS, hukuman dari PSSI memang sangat berat. Apalagi banyak sekali item hukuman kepada para pemain dan ofisial (baca juga: Daftar Lengkap Hukuman Pelaku Sepak Bola Gajah).
Tak hanya larangan terlibat aktif dalam dunia sepak bola, ada juga denda yang harus dibayar. Total denda yang harus dibayar kepada PSSI mencapai Rp 2 miliar. "Ini sangat berat," kata Chief Executive Officer PT Mahesa Jenar Semarang A. Sukawijaya atau yang akrab dipanggil Yoyok Sukawi ini di kantornya.
Di tengah sulitnya mencari dana untuk kebutuhan tim, PSIS harus dihadapkan pada denda sebesar itu. Maklum, saat ini penggunaan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk tim sepak bola sudah tidak ada lagi. Walhasil, manajemen harus putar otak menggali dana dari berbagai sumber, dari tiket, sponsor, hingga sumbangan dari pihak lain. Akibat denda itu, PSIS bisa lumpuh, tak bisa menjalankan roda tim.
Meski berat, PSIS tetap akan berusaha menghadapi hukuman ini. Mereka segera mengajukan pembelaan. Yoyok menilai putusan PSSI ini tidak bertujuan untuk membina, tapi justru membinasakan. Sebab, para pemain ada yang dilarang bermain seumur hidup. Padahal para pemain juga punya keluarga yang harus dinafkahi.
Walaupun berat, Yoyok berjanji tak akan lepas tangan menjadi pengayom para pemain. Tim PSIS yang melakoni kompetisi 2014 memang sudah dibubarkan. Para pemain sudah diminta pulang. Namun PSIS juga sudah mengikat kontrak para pemain itu untuk menghadapi kompetisi musin 2015. "PT Mahesa Jenar tak akan mencederai kontrak dengan para pemain," kata Yoyok (baca juga: Sepak Bola Gajah, PSIS: Hukuman PSSI Terlalu Berat).
Jika tak bisa bertanding pada kompetisi di bawah naungan PSSI, para pemain akan tetap menjalani pertandingan-pertandingan seperti uji coba atau laga internasional di luar naungan PSSI. "Sebab, pemain PSIS masih muda-muda dan potensial," ujar politikus Partai Demokrat tersebut.
ROFIUDDIN
Berita lain:
3 Dosa Jokowi Saat Pilih Jaksa Agung Prasetyo
Hadiri Wisuda Kaesang, di Mana Jokowi Menginap?
Setelah Jokowi, Giliran Malaysia Cabut Subsidi BBM