TEMPO.CO, Makassar - Direktur PT Liga Indonesia Joko Driyono enggan menanggapi permintaan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi agar dirinya berkoordinasi dengan Tim Transisi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia sebelum menggulirkan turnamen Liga Super Indonesia pada Maret-Oktober 2016.
Keengganan Joko bertemu Tim Transisi membuat turnamen yang rencananya diikuti 18 klub eks peserta kompetisi Liga Super Indonesia itu terancam batal. “Kami hanya ingin berkomunikasi dengan BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia),” kata Joko melalui pesan pendek, Ahad, 3 Januari 2016.
Namun, ucap dia, belakangan BOPI meminta agar Joko lebih dulu berkoordinasi dengan Tim Transisi selaku kepanjangan tangan Menteri Olahraga. “Awalnya kami hanya ingin berkoordinasi dengan BOPI untuk meminta surat rekomendasi.”
Direktur Klub PSM, Sumirlan, menyayangkan sikap Kementerian Pemuda dan Olahraga yang terkesan kaku. Namun dia menegaskan bahwa seluruh klub peserta Liga Super tetap bersatu agar turnamen jangka panjang itu bisa bergulir. “Kami tetap bersatu, tidak akan ikut turnamen selain yang diputar PT Liga Indonesia,” kata Sumirlan.
Sumirlan meminta Menteri Imam Nahrawi tidak mementingkan egonya karena turnamen tersebut bersifat independen. Karena belum ada kepastian soal bergulirnya turnamen, menurut Sumirlan, Juku Eja—julukan PSM Makassar—pun belum melakukan persiapan apa-apa. Padahal sudah ada sepuluh pemain yang melamar ingin memperkuat PSM. “Kalau turnamen ini sudah pasti, kami akan seleksi sepuluh pemain ini yang ditentukan oleh pelatih,” kata Sumirlan yang juga Ketua Tim 18.
Dedengkot Red Gank—suporter PSM Makassar, Sul Daeng Kulle, berharap turnamen tidak dibatalkan. Menurut dia, suporter sudah merindukan digelarnya turnamen atau kompetisi di Indonesia agar kembali dapat mendukung tim kesayangannya. “Mudah-mudahan (terancam batalnya turnamen) ini hanya masalah komunikasi saja,” kata Sul.
Menurut Sul, Kementerian Olahraga merasa kuat lantaran berada di pihak pemerintah. Adapun PT Liga juga merasa begitu karena didukung 18 klub peserta Liga Super Indonesia. “Beginilah jadinya nasib sepak bola kita jika semua hanya mementingkan egonya masing-masing.”
Sul mendesak agar kedua pihak mau duduk satu meja agar bisa menemukan solusi terbaik. Bagi Sul, yang penting turnamen tersebut jalan. “Bertemulah, lalu jalin komunikasi dengan baik.”
DIDIT HARIYADI