TEMPO.CO, Jakarta - Manchester United menjadikan masalah keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) sebagai kambing hitam membengkaknya utang mereka akhir tahun lalu. Utang United hingga akhir tahun lalu mencapai 409,3 juta pound sterling (sekitar Rp 6,8 triliun) atau naik 87,2 juta pound sterling dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan itu, menurut laporan keuangan United, disebabkan oleh masalah Brexit yang menyebabkan melemahnya nilai tukar mata uang Inggris, pound sterling, terhadap dolar Amerika dan mata uang Uni Eropa, euro.
Baca: Manchester United Perkuat Pasukan, Siapa Saja yang Diincar?
Namun mereka tak menyinggung soal aktivitas mereka di bursa transfer awal musim lalu yang cukup banyak menguras fulus. Pengeluaran paling besar United di bursa transfer adalah ketika mereka memboyong Paul Pogba dari Juventus dengan mahar mencapai 89 juta pound sterling. Mereka juga membeli bek Eric Baily dari Villarreal dengan nilai 30 juta pound sterling.
Meskipun demikian, United juga mengalami kenaikan pendapatan yang cukup signifikan pada 2016. Mereka mencatatkan pendapatan 157,9 juta pound sterling pada akhir tahun lalu, meningkat 18 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca: Metode Baru Conte Sempat Dicuekin Pemain Chelsea
Kenaikan pendapatan itu cukup mengejutkan karena performa United musim lalu anjlok. Mereka juga tak mendapatkan duit sepeser pun dari Liga Champions karena tak bermain di kompetisi antarklub tertinggi di Benua Eropa itu.
Kenaikan pendapatan itu sebagian besar disumbangkan dari penjualan hak siar yang mencapai kenaikan hingga 40,8 persen atau sekitar 52,5 juta pound sterling. Mereka juga meraup banyak pendapatan dari hari pertandingan yang mencapai total 38,6 juta pound sterling atau mengalami kenaikan hingga 27 persen.
Baca: Posisi Wenger Kian Terancam, Ini 3 Kandidat Penggantinya
GUARDIAN | FEBRIYAN