TEMPO.CO, Jakarta - Kerusuhan antara suporter Persija Jakarta, The Jakmania, dan anggota kepolisian saat laga Persija melawan Sriwijaya FC berbuntut panjang. Geram atas kerusuhan yang terus berulang, Polda telah menyiapkan bahan-bahan untuk disampaikan ke Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
"PSSI juga sudah merespons, kelihatannya Senin ini akan melakukan sidang darurat untuk menentukan, terkait dengan Persija ini, akan dijatuhi sanksi apa," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Awi Setiyono saat ditemui di Polda Metro Jaya, Ahad, 26 Juni 2016.
Keputusan melaporkan The Jak, kata Awi, didapat setelah rapat analisis dan evaluasi (anev) di pimpinan Polda Metro Jaya. Jika telah dilimpahkan kepada PSSI, Polda menyerahkan sepenuhnya sanksi yang paling tepat dijatuhkan bagi The Jak.
Walau begitu, menurut Awi, Polda juga telah memberi rekomendasi, dari larangan bermain bagi Persija Jakarta di Gelora Bung Karno hingga larangan bertanding tanpa penonton.
Apalagi ini bukan pertama kali kerusuhan pecah saat Persija bermain. Pada 13 Mei lalu, kerusuhan juga pecah dalam laga Persija melawan Semen Padang. Satu anggota The Jakmania, Muhammad Fahreza, 16 tahun, tewas. Dalam kerusuhan kemarin, justru polisilah yang menjadi korban. Enam orang dilarikan ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati setelah kerusuhan pecah. Brigadir Hanafi, salah satu korban, hingga saat ini masih dalam kondisi kritis.
Awi mengatakan sikap The Jak ini menodai persepakbolaan Indonesia. "Kekerasan The Jakmania ini mencederai dunia persepakbolaan, tentu mencederai kita juga," tutur Awi.
Kerusuhan kemarin terjadi setelah Perisja Jakarta tertinggal 1-0 dari Sriwijaya FC. Seorang suporter menerobos masuk ke lapangan dan memicu kerusuhan yang lebih besar. Pertandingan dihentikan sebelum 90 menit selesai.
EGI ADYATAMA