TEMPO.CO, Jakarta - Manchester City memastikan status Gabriel Jesus sebagai pemain mereka pada Kamis kemarin. Meskipun sudah berada di Inggris sejak awal Januari, Jesus tak dapat membela City karena badan sepak bola Inggris, FA, belum mengesahkan statusnya sebagai pemain The Citizens.
Kejadian seperti ini baru pertama kalinya di Inggris. Biasanya, pemain dari negara non Uni Eropa hanya terganjal soal izin bekerja di negara Ratu Elizabeth itu.
Lantas, kenapa FA tak segera mengesahkan status Jesus dan menelisik kembali berkas-berkas transfernya dari Palmeiras ke City?
Penyebabnya adalah karena Inggris kini melarang klub untuk merekrut pemain dengan status kepemilikan ganda atau kepemilikan pihak ketiga. Banyak pemain asal Amerika Selatan kini tak hanya berstatus milik klub yang mereka bela. Para pemain itu tak jarang disebut sebagai milik perusahaan-perusahaan broker.
Hal seperti ini pernah membuat masalah di Inggris. Transfer Javier Mascherano dan Carlos Tevez oleh West Ham United pada 2006 merupakan yang pertama bermasalah.
Saat itu West Ham membeli Tevez dan Mascherano bukan dari klub asal mereka, Corinthians. Kepemilikan kedua pemain itu ternyata dipegang oleh perusahaan yang bernama Media Sport Investment dan Global Soccer Aggencies.
Masalah muncul pada musim kedua ketika MSI dan GSA terlibat konflik dengan West Ham United. Perusahaan itu menarik pemainnya dari skuad West Ham dan menjualnya ke klub lain, Mashcerano ke Liverpool dan Tevez ke Manchester United.
Aksi saling gugat pun terjadi antara West Ham dengan MSI dan GSA. Meskipun masalah itu akhirnya bisa terselesaikan, FA akhirnya memperketat peraturan soal kepemilikan pihak ketiga pada pemain sepak bola yang ingin direkrut oleh klub asal Inggris.
Karena alasan itu, FA menunda pendaftaran Gabriel Jesus sebagai pemain Manchester City. Mereka mencurigai adanya kepemilikan pihak ketiga dalam transfer pemain berusia 19 tahun itu. Namun dugaan itu tak terbukti dan akhirnya Jesus secara resmi bisa memperkuat City.
MANCHESTEREVENINGNEWS|FEBRIYAN