TEMPO.CO, Jakarta - Bakat saja tak cukup untuk membuat seseorang menjadi pemain sepak bola besar dan andal. Legenda Manchester United, Dwight Yorke, mengungkapkan kiat menjadi pemain besar saat bertemu pelatih tim nasional U-19, Indra Sjafri, bersama dua stafnya, Eko Purdjianto (asisten pelatih) dan Guntur Cahyo Utomo (pelatih mental).
Yorke menganggap pemain Indonesia usia dini pada dasarnya sudah memiliki bakat. Namun mental merupakan hal yang penting. “Pemain sepak bola Indonesia memiliki bakat bagus, tapi mereka juga harus kuat secara mental,” ujar Yorke, sebagaimana ditirukan Guntur. “Jangan jatuh sedikit, lalu tidak kuat bangkit.”
Pelatih dan staf timnas U-19 berdiskusi secara tertutup dengan Yorke dan Kepala Manchester United Soccer Schools sekaligus kepala pelatih MU U-15, Tommy Martin. Seusai pertemuan itulah Guntur mengungkapkan pandangan Yorke tersebut.
Yorke, kata Guntur, kemudian menceritakan bagaimana dirinya saat berusia 18 tahun memberanikan diri terbang dari negara asalnya, Trinidad and Tobago, menuju Inggris demi mengejar karier sepak bolanya. Ia menjadi pemain sukses. Menurut Yorke, mental berjuang macam itulah yang harus dimiliki seorang pemain. “Pemain harus memiliki winning mentality,” ujar Guntur. “Dibutuhkan keberanian dalam bermain sepak bola.”
Guntur mengungkapkan, memiliki mentalitas pemenang dengan memenangi pertandingan adalah hal yang berbeda. Pada pembinaan usia dini, mentalitas kemenangan diajarkan dengan melatih apa yang harus dilakukan seorang pemain jika lawannya memegang bola, bukan dengan menargetkan memenangi pertandingan.
Pelatih Indra Sjafri pun membenarkan pernyataan Yorke. “Saya setuju dengan filosofi pembinaan usia dini MU, bahwa bermain bola itu harus menyenangkan,” kata Indra. “Sebenarnya dalam panduan pembinaan sepak bola FIFA memang seperti itu seharusnya.”
Di Indonesia, kata Sjafri, dirinya menemukan anggota-anggota SSB berdoa agar pelatihnya tak datang. “Karena ketika pelatihnya tidak datang, mereka langsung memasang dua gawang dan bermain bola dengan senang, tertawa-tawa,” kata dia. “Ini kan tidak benar.”
Indra menganggap hal itu sebagai salah satu kesalahan di Indonesia. Melatih mental juara tidak berarti memaksakan kepada seorang anak. “Yang ada malah dia mundur dan tidak mau bermain sepak bola lagi,” kata dia.
GADI MAKITAN