TEMPO.CO, Palembang - Sriwijaya FC memastikan pemotongan atau rasionalisasi gaji pemain dan pelatih akan berlangsung hingga Liga Indonesia kembali bergulir pada September nanti. Selama masa penantian itu, setiap pemain dan pelatih hanya menerima haknya sebesar 10-25 persen dari nilai kontrak.
Sekretaris Sriwijaya FC Achmad Haris mengatakan itu menanggapi kebijakan yang harus mereka berlakukan pasca-pembatalan kompetisi pramusim dan penghentian Liga Qatar National Bank. "Rencananya akan seperti itu, dengan catatan jika kita tidak di-banned (FIFA)," ujar Haris, Minggu, 24 Mei 2015.
Menurut Haris, jika Indonesia mendapatkan sanksi dari FIFA berupa pembekuan seluruh aktivitas sepak bola, mulai saat itu tim resmi dibubarkan. Dengan demikian, hak dan kewajiban manajemen, pelatih, dan pemain akan hilang secara otomatis.
Namun Haris berharap kondisi terburuk tersebut tidak akan terjadi. Haris masih berharap kompetisi bisa kembali bergulir.
Haris berujar, saat ini status pelatih Benny Dollo dan asistennya, Hendri Susilo, "dirumahkan". Nasib yang sama juga dialami pemain Syakir Sulaiman, Dian Agus Prasetyo, dan Patrich Wanggai.
Dengan status yang disandang itu, mereka hanya menerima gaji sekitar 10 persen dari nilai kontrak. Meskipun sedang dirumahkan dan tengah berada di kampung halamannya, Benny Dollo tetap memantau aktivitas anak asuhnya yang tetap berada di Palembang. "Tapi beliau tetap mengontrol latihan tim," tutur Haris.
Manajer Sriwijaya FC Robert Heri mengatakan semua pemain yang tetap memutuskan bersama tim di Palembang akan mendapatkan haknya berupa gaji 25 persen dari nilai kontrak. Hingga kemarin, Sriwijaya telah memutus kontrak tiga pemain asingnya. Mereka adalah Morimakan Koita, Goran Ljubojevic, dan Abdoulaye Maiga.
Sedangkan pemain lokalnya hanya mendapatkan pemotongan gaji karena masih berstatus sebagai bagian dari tim. "Pilihan sulit, tapi kami harus melakukannya," kata Robert.
PARLIZA HENDRAWAN