Kontroversi Hasil Tes Covid-19 Persebaya Surabaya, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Senin, 7 Februari 2022 15:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pemain Persebaya Surabaya mendapatkan dua hasil tes Polymerse Chain Reaction (PCR) berbeda menjelang laga kontra Persipura Jayapura Ahad kemarin, 6 Februari 2022. Secara ilmiah, hasil berbeda itu memang dimungkinkan.
Hasil tes pertama yang diselengarakan oleh PT Liga Indonesia Baru (PT LIB), yang samplenya diambil pada Sabtu sore dan hasilnya keluar pada Ahad pagi, sejumlah pemain inti Persebaya Surabaya dan jajaran pelatihnya, termasuk Pelatih Kepala Aji Santoso, dinyatakan positif Covid-19.
Mendapatkan hasil itu, skuad Bajul Ijo melakukan tes PCR mandiri pada Ahad pagi yang hasilnya keluar pada sore hari. Sejumlah pemain penting seperti Ricky Kambuaya, Taisei Marukawa, Bruno Moreira dan Alwi Slamat dinyatakan negatif pada tes kedua.
Meskipun demikian, PT LIB melarang keempat pemain itu turun pada laga kemarin malam. Tanpa para pemain andalannya, Persebaya tak berdaya sehingga menelan kekalahan 0-2 dari Persipura Jayapura.
Hasil tes yang berbeda dari orang yang sama sebenarnya bukan hal baru. Banyak pakar telah membahas masalah ini.
Salah satunya adalah Dosen Farmasi UII, Suci Hanifah. Dalam artikelnya yang berjudul, "Mengapa Hasil Swab PCR untuk Covid-19 berbeda," dan dimuat di laman Pharmacy UII pada 3 Desember 2020, Suci menuliskan bahwa hasil tes PCR sangat mungkin berbeda, terutama jika dilakukan di tempat yang berbeda.
Ada tiga faktor yang menyebabkan hasil tes PCR bisa berbeda. Faktor pertama adalah faktor pra-analisis yang meliputi teknik sampling dan penyiapan spesimen.
Teknik sampling yang kurang tepat bisa menyebabkan hasil tes yang berbeda. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan lokasi pengambilan sampel yang tepat untuk tes swab ada di saluran napas atas atau nasofaring (bagian tenggorokan yang ada di belakang hidung).
Faktor kedua adalah soal penyimpanan spesimen. Spesimen harus segera disimpan di tabung tertutup agar terhindar dari kontaminasi virus. Jika tidak bisa diuji langsung, simpan spesimen dalam suhu 2 hingga 8 derajat Celcius jika spesimen akan diuji kurang dari 12 hari, tapi jika spesimen akan diuji dalam waktu lebih dari 12 hari, simpan spesimen dalam suhu -70 derajat Celcius.
Faktor kedua adalah faktor analisis yang tidak valid. Validitas analis
sendiri dipengaruhi oleh ketepatan preparasi, instrumen, dan metode. Pilihlah laboratorium yang terpercaya dan profesional karena laboratorium demikian akan melakukan kontrol kualitas secara berkala.
Faktor terakhir adalah faktor pasca analisis, yaitu intepretasi hasil.
Interpretasi hasil swab PCR didasarkan nilai Cycle Threshold (CT) yang menunjukkan frekuensi perubahan RNA virus menjadi DNA, sehingga diinterpretasikan sebagai hasil positif Covid-19. Interpretasi hasil yang berbeda akan membuat hasi tes swab PCR juga berbeda.
<!--more-->
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, juga berbicara soal hasil tes PCR yang berbeda. Dalam konfferesi pers virtual yang digelar Senin, 7 Februari 2022, Budi memang tak membahas secara spesifik kasus Persebaya Surabaya. Dia membahas soal adanya hasil tes PCR yang berbeda dari sejumlah orang yang melakukan perjalanan internasional.
Menurut Budi, hasil tes memang bisa saja berbeda karena tak ada hasil yang 100 persen valid. Dia pun tak menutup kemungkinan jika hasil tes di laboratorium berbeda akan berbeda pula hasilnya. Syaratnya, laboratorium itu telah terakreditasi oleh Kemenkes dan tes pembanding itu sebaiknya dilakukan di dua laboratorium berbeda.
"Tidak ada tes PCR yang 100% sempurna, karena baik dari sensitivitas, maupun spesifikasitasnya antara 95 sampai 97%," kata Budi.
"Kalau ada yang dites positif boleh dilakukan tes lagi, sebagai pembanding, sekaligus di 2 laboratorium yang berbeda dan sudah diakreditasi oleh Kemenkes. Sehingga kalau keluar 2 hasilnya, langsung bisa kita lihat," ujar dia."
PT LIB pun telah buka suara soal kontroversi hasil tes tersebut. Direktur Operasinal sekaligus Ketua Satgas Covid-19 Liga 1 musim Sudjarno menyatakan bahwa berdasarkan aturan mereka harus merujuk pada hasil tes resmi yang dilakukan PT LIB.
Setiap tim, menurut dia, memang diperbolehkan melakukan tes PCR secara mandiri sebagai pembanding. Akan tetapi untuk dijadikan sebagai rujukan tes itu harus dikomunikasikan dengan PT LIB.
"Ingat, Daftar Susunan Pemain (DSP) bisa berubah 90 menit sebelum laga dimulai. Tentu, perubahan tersebut bisa dilakukan setelah berkomunikasi dengan kami dan sudah kami cek eligibilitasnya. Kalau kemudian hasil tiap lab berbeda-beda maka kami tidak akan memperdebatkan hasil, karena dari sisi medis yang bisa menganalisa hal tersebut ialah ofisial PCR kami," kata Sudjarno.
Selain Persebaya Surabaya, Sudjarno kejadian serupa sebenarnya pernah menimpa dua tim lain. Hanya saja, mereka melakukan koordinasi sehinngga pemain yang dinyatakan negatif akhirnya bisa bermain pada laga BRI Liga 1 malam harinya.
AMELIA RAHIMA SARI| MUHAMMAD HENDRA SAPUTRA|ANTARA
Baca: Kontroversi Hasil Tes Covid-19 Persebaya Surabaya, Ini Kata PT LIB