Anton Ferdinand (kanan) dan John Terry. REUTERS/Eddie Keogh
TEMPO.CO, London - Nama besar Manchester United dan Old Trafford tidak menyiutkan nyali Anton Ferdinand. Stadion berkapasitas 75 ribu itu justru mencatatkan kenangan manis baginya. "Satu momen terbaik sepanjang karir saya adalah bermain di sana dan mengalahkan mereka," ujar memulai karir profesional sepuluh tahun lalu ini, Jumat lalu.
Momen itu terjadi 13 Mei 2007. Ferdinand masih mengenakan seragam West Ham United. Gol tunggal Carlos Tevez di injury time babak pertama membantu klub favoritnya itu bertahan di Liga Primer. "Rasanya fantastis, kami bermain seperti sedang mempertahankan nyawa," ujar bek 27 tahun tersebut. Menurutnya, tidak banyak tim yang mampu menahan Setan Merah—juara bertahan dan pemuncak klasemen--mencetak gol di kandang, apalagi menang. "Hasil itu menunjukkan mereka bisa dikalahkan."
Ferdinand--bersama Bobby Zamora, yang memberi umpan ke Tevez lima tahun lalu--siap mengulang cerita manis itu. Kali ini bersama Queens Park Rangers yang berada di posisi 17 dan terancam degradasi. Dia mengatakan perjuangan suatu tim menghindari degradasi bukan ditentukan oleh performa, melainkan mental. Penampilan Hoops yang mengalahkan tim papan atas Livepool dan Arsenal di dua partai kandang terakhir di Loftus Road, London, menunjukkan kematangan mental mereka. "Kini kami harus menunjukkan semangat yang sama di partai tandang," ujarnya.
Dia sadar betul, kemenangan Rangers berarti kutukan bagi abangnya, Rio Ferdinand, 33 tahun, yang menggalang pertahanan United. Si adik mengatakan intensitas hubungan mereka selalu mengendur sepekan sebelum pertandingan. Setelah itu mereka kembali akrab. "Memang seharusnya begitu," ujar Ferdinand muda. "Kami pesepakbola profesional yang berfokus mendulang poin bagi tim masing-masing."