TEMPO.CO, Jakarta - Kini harapan Indonesia pada kejuaraan antarklub Piala Konfederasi Sepak Bola Asia (Piala AFC) hanya tertuju kepada PSM Makassar, setelah Persija Jakarta dikalahkan Becamex Binh Duong 3-1 dalam lanjutan penyisihan Grup H Piala AFC 2019 di Stadion Go Dau, Ho Chi Minh City, Vietnam, Rabu 1 Mei.
Dengan mengalahkan Home United 3-2 pada Selasa, 30 April lalu, di Stadion Pakansari, Bogor, PSM Makassar lolos ke babak semifinal Piala AFC 2019 Zona ASEAN. Tahun lalu, Persija Jakarta yang mencapai prestasi itu.
Mampukah PSM Makassar menembus final zona ASEAN dan melangkah ke putaran Asia? Itu masih menjadi tantangan besar, mengingat prestasi klub-klub dari Indonesia yang menurun setelah era 2014.
Tapi, PSM pernah punya prestasi membanggakan, yaitu mencapai babak perempat final Liga Champions Asia 2000. Sukses itu bisa menjadi sumber inspirasi tim dari Makassar ini untuk menapak setinggi mungkin pada Piala AFC, kejuaraan nomor dua Asia setelah Liga Champions.
Prestasi terbaik buat klub Indonesia di Piala AFC masih dipegang Persipura Jayapura ketika melangkah sampai ke babak semifinal Zona Asia pada 2014. Sedangkan Semen Padang dan Arema FC lolos ke 16 besar Zona Asia pada 2013 dan 2012.
Sama dengan Persija, PSM Makassar juga dijejali jadwal yang padat, yaitu mulai dari pertandingan pada Piala Presiden 2019, Piala Indonesia 2018-19, sampai Piala AFC ini. Persija bahkan tampil di kualifikasi Liga Champions Asia lebih dulu sampai dua putaran, sebelum tersingkir dan turun ke Piala AFC.
Besok, Jumat 3 Mei 2019, PSM Makassar dijawalkan menjamu Bhayangkara FC pada pertemuan kedua babak 8 besar Piala Indonesia. Pada laga pertama, PSM kalah 2-4. Selasa berikutnya, PSM menyelesaikan kewajibannya di fase grup Piala AFC melawan tuan rumah Lao Toyota.
Adapun Persija, setelah dikalahkan Becamez, Rabu lau, akan menjamu Bali United pada pertemuan kedua 8 besar Piala Indonesia di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Minggu, 5 Mei 2019.
Bila PSM Makassar lolos di Piala Indonesia dan berhasil melewati semifinal Piala AFC Zona ASEAN, jadwalnya akan semakin padat jika agenda kompetisi Liga 1 2019 tidak berubah lagi dari 15 Mei mendatang.
Stamina PSM Makassar mesti lebih kuat lagi karena harus bolak-balik dari Sulawesi ke Pulau Jawa terutama untuk Piala AFC selama stadion kandang mereka belum dinyatakan layak menggelar laga tingkat Asia.
Liga Inggris juga padat seperti ini karena ada kompetisi liga, Piala Carabao, dan Piala Asosiasi Sepak Bola Inggris (Piala FA). Belum lagi, kalau klub-klub dari Liga Primer terus melaju di kejuaraan antarklub Eropa, Liga Champions dan Liga Europa, seperti yang dialami Liverpool, Tottenham Hotspur, Chelsea, dan Arsenal.
Tapi, jadwal mereka sudah tersusun rapi serta memperhitungkan masa pemulihan fisik pemain dan nyaris tak ada yang harus bermain kandang di luar domisili mereka karena ketidaklayakan stadionnya.
Hal itu berbeda dengan di Indonesia. Pada Piala Presiden yang lalu itu, PSM Makassar dan Persija Jakarta harus tampil dalam jadwal yang begitu rapat, ada yang sampai dua hari sekali. Hal itu ditambah masalah instabilitas jadwal yang masih menjadi problem besar di sini, seperti yang terjadi pada 8 besar Piala Indonesia 2018-19.
Situasi politik memang masih berpengaruh besar di sini. Tapi, kecakapan menyusun jadwal kompetisi memang masih sering dikeluhkan di sepak bola Indonesia sejak lama.
Selain itu, pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) bisa mengambil inspirasi dari pengurus KNVB yang langsung menyiasati jadwal Ajax Amsterdam di liga domestik, agar bisa tampil lebih segar sehingga main maksimal pada semifinal Liga Champions.