TEMPO.CO, Jakarta - Menawan tapi ringkih. Itulah pekerjaan rumah terbesar Arsenal yang harus dibereskan Mikel Arteta yang baru menjabat sebagai manajer dalam hitungan hari. Pierre Emerick Aubameyang, Mesut Ozil, dan kawan-kawan bermain memikat dengan skill tinggi pada 30 menit pertama di Stadion Emirates, Minggu malam, 29 Desember 2019, dalam derby London melawan Chelsea yang seru diwarnai delapan kartu kuning.
Dari keunggulan 1-0 yang lahir dari skema pembuat gol yang indah dari tendangan penjuru Ozil, disambut sundulan Chalum Chambers yang mengarah bola ke mulut gawang dan akhirnya ditanduk Aubameyang untuk menjadikan 1-0, Arsenal masih memiliki beberapa peluang lagi sebelum Manajer Chelsea, Frank Lampard, memasukkan gelandang playmaker Italia, Jorginho.
Kalau saja bek tengah kawakan dari Brasil, David Luiz, tidak bermain cemerlang pada Minggu malam itu, Arsenal mungkin bisa kebobolan lebih dari dua gol.
Faktor lain yang juga bisa disebut sebagai titik balik dari permainan Arsenal malam itu adalah cederanya Chambers, bek kawakan yang sebenarnya baru pulih dari cedera dan lagi bermain bagus.
Permainan Arsenal kemudian bisa direpresentasikan pada sosok satu orang, yaitu Mezul Ozil. Nyaris tidak ada yang meragukan skill tinggi yang dimiliki gelandang Jerman keturunan Turki. Tapi, Ozil dikenal sangat stylish dan kemudian mudah kehilangan tenaga. Beda dengan Aubameyang yang lebih gigih di laga ini dalam membantu membendung serangan Chelsea.
Ketika Frank Lampard berjiwa besar untuk mengoreksi kesalahannya dengan segera memasukkan Jorginho yang lebih “licin” dan taktiks dan mengeluarkan Emerson yang lebih mengandalkan tenaga, Chelsea mendapat angin untuk mendesak Arsenal.
Ketika Ozil yang sudah bermain bagus itu ditarik keluar, kelihatan arah permainan sudah berbalik. Ditambah Frank Lampard memasukkan satu pemain mudanya lagi yang baru berusia 16 tahun untuk membuat Arsenal semakin tertekan. Nyaris semua pemain asuhan Mikel Arteta seperti hanya mampu berdiri menunggu pemain Chelsea kehilangan bola.
Dalam suasana seperti itu, skor seri seperti tinggal menunggu waktu. Dan, benar dari sebuah tendangan bola mati dan sebuah scrimage, Jorginho yang tidak terkawal bisa leluasa menceploskan bola ke dalam gawang kiper Arsenal, Bernh Leno.
Dan, ternyata tidak cuma seri, Chelsea mendapat keuntungan dari Arsenal yang sudah sulit keluar dari tekanan meski memasukkan pemain baru. Dari sebuah serangan balik, umpan tarik Willian diselesaikan dengan baik oleh Tammy Abraham untuk membobol gawang Arsenal untuk kedua kalinya malam itu.