TEMPO.CO, Jakarta - Manajer Crystal Palace, Roy Hodgson, akhirnya buka suara tentang masa depan Wilfried Zaha, 27 tahun. Kata dia, sampai kapan pun, pemain itu tidak akan dilepas, kecuali ada perintah lain dari para pembesar klub tersebut.
“Tentu saja Wilf tidak akan kami jual. Kami tidak sedang mencoba menjual dia. Kami ingin menjaganya tetap berada di klub ini,” katanya. “Tapi kita tidak pernah tahu akan datangnya penawaran.”
Bila ada tawaran datang, pelatih tim nasional Inggris di Piala Dunia 2014 itu memastikan hanya bagi mereka yang serius yang akan ditanggapi. Salah satu bukti kesungguhan itu adalah uang yang diajukan tidak kurang dari harga yang telah mereka tetapkan, yakni 80 juta pound sterling.
Zaha sendiri pada bursa musim panas lalu sempat meminta dimasukkan ke daftar jual klub itu. Upaya ini merupakan ikhtiar terakhir bagi pemain yang ingin pergi tapi klub tak mau menjual.
Permintaan itu sendiri diajukan Zaha setelah dikabarkan masuk dalam target beberapa klub. Pada bursa musim panas lalu, klub seperti Arsenal dan Everton disebut-sebut menginginkannya.
Saat itu, Arsenal diberitakan telah mempersiapkan dana sebesar 40 juta pound untuk membawanya pergi. Di lain pihak, Everton lebih ambisius. Mereka dikabarkan akan membeli Zaha dengan uang sebesar 70 juta pound. Belakangan, usaha dua klub itu gagal total.
Pada pertengahan musim ini, Chelsea merupakan klub terdepan yang mengincar pemain yang memilih membela tim nasional Pantai Gading tersebut.
Chelsea memang diperbolehkan membeli pemain pada masa bursa transfer musim dingin ini. Sebelumnya, The Blues dilarang melakukan jual-beli dalam jangka dua bursa transfer.
Namun upaya mereka menempuh pengadilan arbitrase olahraga sukses. Mereka pun diperbolehkan membeli pemain.
Zaha, yang bermain sangat impresif dalam separuh perjalanan Palace di Liga Primer, nantinya diplot untuk menggantikan peran yang selama ini dijalankan dengan baik oleh Eden Hazard. Setelah ditinggal pemain Belgia itu, ketajaman Chelsea memang berkurang.
Selain itu, dalam perjalanan setengah musim, Chelsea—yang kini didominasi pemain muda dan diasuh Frank Lampard—terkesan angin-anginan. Terkadang main teramat bagus, tapi bisa terjungkal di tangan Everton—yang kala itu dipegang manajer sementara, Duncan Ferguson.
Chelsea perlu lebih stabil. Nah, peran pemain yang sudah cukup makan asam garam kerasnya Liga Primer seperti Zaha teramat diperlukan.
Zaha tentu bukan pemain sembarangan. Dia merupakan pembelian terakhir Sir Alex Ferguson menjelang pensiun. Saat itu, dia dibeli pada Januari 2013. Namun kemudian dipinjamkan ke Palace dan bermain penuh pada musim berikutnya.
Namun yang terjadi, di tangan pelatih baru David Moyes, permainan Zaha melempem. Kariernya pun redup.
Dia kemudian dipinjamkan kembali ke Palace hingga akhirnya menjadi pemain penuh klub yang bermarkas di Selhurst Park itu sejak 2015. Setelah itu, Zaha mulai bersinar lagi.
Masa depan Zaha akan ditentukan pada hari-hari ke depan: tetap di Crystal Palace atau berganti baju.
GUARDIAN | THE SUN | IRFAN B.