TEMPO.CO, Jakarta - Perlawanan terhadap pembelian Newcastle United oleh sebuah konsorsium yang dimotori badan investasi dana publik Arab Saudi, terus berlangsung. Tekanan yang dilancarkan oleh BeIN Sports diperkirakan akan lebih ampuh dari hal sama yang dilakukan organisasi-organisasi kemasyarakatan, seperti yayasan hak aksasi kemanusiaan internasional, Amnesty.
Adapun BeIN Sports adalah salah mitra stasiun televisi Liga Primer Inggris yang terbesar, sehingga liga ini bisa disaksikan penggemar sepak bola di seluruh dunia. Ketua Eksekutif stasiun televisi yang berbasis di Qatar ini, Yousef al-Obaidy, sudah menulis surat kepada para pemimpin di Liga Pimer Inggris.
Dalam surat itu, A-Obaidy, menyalahkan pemerintahan Arab Saudi atas dukungannya kepada stasiun beoutQ untuk melakukan siaran ilegal Liga Primer Inggris, terutama di Arab Saudi selama hampir tiga tahun.
Dalam soal itu, Arab Saudi sudah berulang kali membantah bahwa beoutQ melakukan siaran ilegel dan menyalahkan beIN Sports memotori melakukan kampanye buruk terhadap mereka.
Ketegangan politik antara Arab Saudi dan Qatar yang terjadi sebelumnya mewarnai persoalan ini.
Dengan keberadaan Mohammad bin Salman, putra mahkota Kerajaan Arab Saudi, di Saudi Arabia Public Invesment Fund, dalam konsorsium pembeli kepemilihan Newcastle United sekitar 300 juta pound sterling atau setara Rp 5,7 triliun, persoalan politik kian kentara bisa membuat pihak beIN Sports melakukan ancaman secara bisnis, jika proses pembelian Newcastle United itu diteruskan.
Adapun kerja sama beIN Sports dengan Liga Primer Inggris senilai 400 juta pound sterling selama tiga tahun sudah berjalan separuh dari masa kontrak itu.
Dalam pekan ini, Menteri Kebudayaan Inggris, Oliver Dowden, dan Ketua Eksekutif Liga Primer Inggris, Richard Masters, menyatakan tak bisa melakukan intervensi terhadap proses tes kelayakan dan ketepatan calon pembeli yang akan menggantikan pemilik Newcastle United, Mike Ashley, selama 13 tahun.
Tapi, sejak Jumat 24 April 2020, tekanan untuk berlaku sebaliknya buat pemerintah Inggris dan pengelola Liga Primer, yaitu mengambil peranan aktif dalam proses lolos-tidaknya Mohamad bin Salman, Amanda Staveley, dan kawan-kawan sebagai pemilik Newcastle United yang baru, semakin bermunculan dari parlemen.
Persoalan politik, disebabkan pembunuhan wartawan Arab Saudi, Jamal Khashoggi, di Instanbul, Turki, 2018, memang menjadi beban Mohammad bin Salman, meski ia sudah berkali-kali membantah tuduhan sebagai dalang pembunuhan.
Protes terus bermunculan tidak hanya dari kalangan parlemen, tapi juga para suporter Newcastle United sendiri.
Sebuah artikel di The Mag, situs berita yang dibikin para suporter Newcastle United sejak 1988, mengibaratkan mereka sebentar lagi akan menari bersama setan.
Ini bisa jadi tantangan paling berat buat wanita pengusaha asal Inggris, Amanda Staveley, yang sebelumnya sukses mengantarkan keluarga penguasa Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, untuk bisa menjadi pemilik Manchester City.
Tantangan terberatnya dan juga buat Inggris, terutama pengelola Liga Primer Inggris, bahwa beIN Sports, bisa menarik di tengah jalan dari kontrak siaran yang sudah disepakati pada masa krisis pandemi virus corona gara-gara soal Newcastle United.