Sama-sama Serba Bisa
Kualifikasi Mohamed Salah dan Sadio Mane bisa dikatakan tak begitu berbeda jauh. Keduanya sama-sama serba bisa.
Mohamed Salah kerap disebut penyerang serba bisa, namun lebih luas dikenal sebagai winger yang beroperasi di sayap kanan.
Posisi itu membuatnya efektif bergerak menyamping sampai tengah jantung pertahanan lawan dengan pergerakan kaki kirinya yang lincah nan kuat yang acap sulit dihentikan lawan.
Dia mematikan tak cuma kala mengeksekusi bola ketika peluang gol sudah di depan matanya, tetapi juga saat bermain satu dua dengan rekannya yang dia lakukan sangat cepat seperti rutin dia tunjukkan selama ini bersama Liverpool.
Dia piawai meneror dan merusak konsentrasi pertahanan lawan, sekaligus membebaskan rekan-rekannya menjadi tak terkawal di lini pertahanan lawan sehingga bebas mengoyak gawang mereka.
Bukan cuma posisi itu yang menunjukkan dia amat efektif sebagai eksekutor gol sehingga menjadi idaman semua klub, Salah juga bisa menjadi pelapis striker sebagai gelandang serang atau striker kedua.
Tetapi tahukah Anda, pada awal karirnya dia justru menempati posisi bek kiri saat masih bermain dalam level yunior di Mesir bersama klub El Mokawloon.
Setelah satu pertandingan melawan sebuah tim di mana El Mokawloon menang 4-0, Salah beberapa kali menyia-nyiakan peluang. Dari laga ini pelatih sadar telah keliru menaruh pemain ini pada posisi bek kiri. Selanjutnya Salah pun mendapatkan peran striker utama sampai dikenal luas seperti sekarang.
Kualifikasi Mane pun tidak jauh beda dari Salah. Striker ini juga disebut pemain yang serba bisa dan sekaligus produktif.
Ciri kental permainan Mane adalah penyelesaian akhirnya yang maut, sebenarnya sama dengan Salah.
Dia juga cepat, klinis, dan sangat lihai membawa bola sehingga lawan sulit menghentikan dan menyabotnya.
Dia juga berperingkat tinggi dalam soal bagaimana mengambil keputusan di lapangan. Dan keahlian ini dibarengi oleh permainannya yang kreatif, lincah, dan terampil menggiring bola.
Bukan hanya ketika membawa bola, Mane juga cerdas dalam bagaimana harus bergerak dan memposisikan diri manakala tim merangsek ke jantung pertahanan lawan.
Itu membuat dua menjadi mudah saja berada pada posisi untuk menciptakan gol, tetapi sekaligus membuatnya gampang menciptakan peluang untuk rekannya.
Sama dengan Salah, Mane juga striker yang eksplosif, tetapi emosinya amat terkendali. Dia tetap tenang, tetapi tubuh dan kakinya tak akan pernah ikut tenang, sebaliknya tetap saja agresif begitu dekat gawang lawan.
Satu lagi nilai lebih Mane seperti dia tunjukkan sepanjang Piala Afrika 2021, yakni kemampuannya dalam membantu pertahanan, bahkan tak sungkan adu bola atas yang tak jarang dia menangkan, padahal dia bukan pemain bertubuh tinggi.
Dengan kualifikasi seperti ini, wajar jika pertemuan dua pemain terdahsyat Liverpool dalam final Piala Afrika 2021 itu bakal menjadi tontonan yang mengasyikan.
Mereka juga bukan sekadar bagian dari tim, karena mereka juga adalah pemimpin untuk masing-masing timnya. Mereka kapten untuk Senegal dan Mesir.
Tetapi siapakah dari kedua jenderal lapangan hijau ini yang berhasil mengantarkan timnas mereka ke puncak tertinggi kompetisi sepak bola Afrika?
Apakah Mohamed Salah yang berhasil memimpin Mesir menuntaskan penantian gelar juara selama 12 tahun turnamen ini dan sekaligus memperpanjang deretan trofi juara Afrika yang dikoleksi Mesir menjadi delapan buah?
Atau apakah Sadio Mane yang malah mengantarkan Senegal mengakhiri penantian panjang menjuarai turnamen ini?
Ini bukan hanya pertanyaan dari pendukung Mesir dan Senegal, tetapi juga diajukan banyak penggemar sepak bola sejagat.
Dan Senin dini hari pukul 02.00 WIB pada 7 Februari nanti adalah masa di mana jawaban untuk semua pertanyaan itu tertuntaskan.
Baca Juga: Jadwal dan Klasemen BRI Liga 1 Pekan Ke-23